Upaya Meningkatkan Pendidikan Karakter yang berkualitas

Pendidikan karakter memiliki peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Dengan diterapkannya sebuah pendidikan karakter menjadikan manusia itu memiliki sikap dan perilaku yang baik serta dapat menjadi sosok yang memiliki integritas tinggi. Saat ini, globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat memberikan banyak dampak pada moral anak bangsa. Sehingga pendidikan karakter harus diajarkan sejak dini sebagai modal dalam menghadapi tantangan dan problem  solving dalam berinteraksi di masyarakat. Sebagai upaya mewujudkan sebuah pendidikan karakter yang baik dibutuhkan kondisi lingkungan yang baik pula, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama yang diterima oleh seorang  anak sebelum ia bersinggungan dengan kehidupan masyarakat. Membentuk kepribadian seorang anak yang miliki karakter yang baik tentu tidak mudah dan cepat. Dibutuhkan ilmu, kesabaran, ketalatenan dan keistiqomahan serta kebijakan yang tepat dalam memutuskan sesuatu karena hal tersebut akan berpengaruh dalam aktivitas yang berkelanjutan dan kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Kebisaan-kebiasaan yang terus dilakukan akan menjadi sebuah karakter yang melekat dalam diri seseorang. Dalam lingkungan kelurga, banyak aktivitas yang dapat dikerjakan oleh seorang anak sehingga terbentuk menjadi kebiasaan baik. Lalu aktivitas apa yang dapat dilakukan? Tentu banyak aktivitas – aktivitas yang dapat dilakukan misalnya, membuang sampah setiap satu hari sekali di pagi hari, meletakan baju kotor dikeranjang baju kotor, menyapu lantai, meletakan buku setelah membaca, membereskan mainan setelah digunakan dan banyak hal lain yang bervariatif. Aktivitas tersebut dilakukan setiap hari secara konsisten akan menjadikan individu tersebut memiliki kemandirian serta memiliki jiwa yang bertanggung jawab, sebagaimana yang dikatakan oleh Ryan dan Bohlin bahwa “pendidikan karakter adalah proses pembentukan nilai-nilai moral yang dilakukan secara konsisten, terstruktur dan berkelanjutan untuk membantu individu mengembangkan kepribadian yang baik”.

Faktor pendukung pendidikan karakter selain pada lingkungan keluarga juga terpengaruh oleh lingkungan pendidikan atau lembaga pendidikan. Baik buruknya karakter anak bangsa bisa dilihat pada baik buruknya lembaga pendidikan dalam memberikan layanan pandidikan. Identifikasi tersebut jelas adanya karena tujuan dari lembaga pendidikan bukan hanya membentuk siswa itu menjadi seseorang yang cerdas intelektual melainkan juga memupuk kecerdasan emosional. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Martin Luther King bahwa “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

Lalu apa yang perlu diberikan oleh lembaga pendidikan guna membentuk karakter siswa yang baik? Tentu banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan tujuan tersebut. Dalam hal ini perlu ditekankan kiranya bahwa konsep pendidikan karakter tidak hanya dicantumkan dalam poin pada Rencana Pelaksanaan  Pembelajaran (RPP) dari siilabus untuk mengarahka peserta didik dalam upaya pencapaian standar kompetensi saja. Tapi lebih dari itu, bentuk perencanaan dari pendidikan karakter harus diimplementasikan secara nyata. Salah satunya dengan mamatuhi peraturan sekolah, mulai dari berpakaian rapi sesuai dengan aturan sekolah, tidak terlambat masuk sekolah, membersihkan ruangan kelas sebelum melakukan pembelajaran. Kesemuanya itu perlu ditegakkan secara tegas dan disiplin. Dan yang tak kalah pentingnya juga, dalam lembaga pendidikan harus mengenalkan namanya pendidikan rohani yang dapat dilakukan secara konsisten dengan salah satu caranya yaitu berdo’a sebelum dan sesudah pembelajaran. Kenapa dalam lembaga pendidikan mengenalkan pendidikan rohani itu penting? Karna dalam regulasi kehidupan manusia itu harus seimbang antara usaha dan doa. Jadi,setelah guru dan lembaga pendidikan berusaha merancang perangkat pembelajaran kemudian diterapkan dengan bijak lalu berdo’a supaya apa yang direncanakan dapat terealisasi dengan baik. Hal tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Agama RI Nasaruddin Umar bahwa “seperti kita membaca doa sebelum makan, kita juga harus membaca doa sebelum belajar, karena ilmu adalah makanan rohani. Tanpa ini kita hanya menyentuh akal, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Anak-anak bisa cumlaude, tapi tetap jadi koruptor”. Begitulah pentingnya guru dan murid melakukan do’a bersama sebelum dan setelah proses pembelajaran. Kolaborasi dari tiga komponen yaitu siswa, guru dan lembaga pendidikan berjalan bersama dalam merealisasikan aktivitas tersebut maka akan menciptakan pendidikan karakter yang dikemas dengan apik. Lembaga pendidikan harus menjadikan pendidikan karakter di sekolah sebagai tatanan nilai yang terus dikembangkan dengan melibatkan seluruh dewan guru sebagai contoh utamanya.

Penunjang keberhasilan penerapan pendidikan karakter sebagaimana diatas, dapat diawali pada lingkungan keluarga yang didukung oleh lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Ketiga stakeholder tersebut harus saling berkesinambungan dengan baik. Orang tua yang memiliki peranan pertama dan utama dalam pendidikan di keluarga, kemudian didukung oleh guru yang memiliki peran penunjang dalam pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat memiliki peranan penting dalam mengolah interaksi bersosialisasi yang dapat membentuk karakter dan watak seseorang. Dalam lingkungan masyarakat terdapat nilai dan norma yang melekat sehingga hal itu dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap suatu hal. Ketiga stakeholder tersebut apabila tidak saling berkesinambungan dan harmonis maka tidak akan tercipta pendidikan karakter yang diinginkan.

Apakah semua individu menginginkan pendidikan karakter yang berkualitas? Pasti semua manusia menginginkan hal tersebut tetapi mungin banyak kendala dari berbagai faktor yang pastinya berbeda-beda. Jika seseorang memiliki parameter yang jelas tentu dapat menjadi lebih mudah untuk mengetahui poin – poin apa saja yang belum tercapai dan bagaimana mengatasi persoalan yang dialami. Paparan diatas dapat menjadi tambahan referensi dalam mewujudkan generasi yang  memiliki karakter berkualitas tinggi. Perlu diperhatikan, bahwa lingkungan keluarga adalah pondasi dasar dari pembentukan karakter seseorang yang kemudian dapat dipupuk dalam lembaga pendidikan dengan berbagai variasi kegiatan dan didukung oleh lingkungan masyarakat yang lebih luas dengan berbagai nilai dan norma yang melekat sehingga terbentuklah individu yang memiliki integritas tinggi.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *