Aku Malu Menjadi Guru
Karya: Mugiati, S.S.
Payung ku regangkan basah menyapa
Langkah kaki menuju kelas
Pun kecipak air mengikut jejak
Senyum tulus menyambut, tak ingat lagi soal sepatu yang kuyup
Hujan kala itu menjadi topik seru
Bagaimana ia berasal dari laut dan kembali ke gunung
Mencium bukit-bukit, dedaun, ranting-ranting, hingga pelataran sekolah kami
Obrolan kami renyah, seolah mencicip teh manis dan sepotong roti
Lidahku tercekat seketika
Lintasan pikiran tentang hujan-hujan itu
Bagaimana ku kabarkan kepada anak-anak
Saat ini kita terkena hujan air semata
Sedang di belahan dunia lainnya
Hujan roket dan peluru-peluru api
Bagaimana aku jelaskan bahwa kemanusiaan yang adil dan beradab
Pancasila, sila kedua yang sering kita ucap saat upacara
Hanya kita nikmati di sini. Namun, di belahan bumi lainnya
Kemanusiaan diinjak-injak bahkan pembantaian tak terelakkan
Bagaimana aku menulis di hati suci anak-anak
Di sekolah dengan bebasnya bermain, bercanda, hingga berlarian penuh ceria
Akan tetapi, di belahan negara lain sekolah-sekolah dihancurkan
Nyawa anak-anak tiada berharga
Rasanya aku malu menjadi guru
Aku malu menjadi guru
Sedetik, air mataku luruh
Bersama deru hujan bergemuruh
Rasa empatiku tersungkur
Mengaduk-aduk hatiku rusuh
Lisanku beku tuk sampaikan amanah itu
Bibirku kelu tuk ajarkan arti kemanusiaan
Pijakku kaku tuk arahkan doa anak-anakku
Untuk kawan-kawannya di sana. Kini mereka telah tiada
Wahai syuhada-syuhada kecil pengharum bumi para Nabi
Sumbawa, November 2023