Langkah Kaki Pengiring Misi yang Pasti
Karya: Sandi Herdiansyah
Kisah ini bercerita tentang seorang guru laki-laki yang bernama Pak Saher, bermimpi menjadi seorang artis, ternyata takdir membawanya ke masa perjuangan penuh pengabdian, yaitu Pendidikan.
Tepat di tahun di 2023, kurun waktu seakan cepat melaju, perputaran masa juga amat singkat terasa, dimana 2023 adalah tahun ke 5 Pak Saher berada di lingkaran perjuangan, mengabdi untuk ikut serta mencerdaskan anak bangsa. Meskipun menjadi seorang guru bukan cita-cita pertamanya, namun kadang misteri dalam setiap alur cerita yang tercatat sang maha pemilik semesta tidak dapat di sangka. Perjuangan seakan singkat berlalu, hingga banyak kesan yang terbingkai suka bahkan terurai duka yang sendu dalam perjalanan nya.
Tepat tahun ke 5 ini, Pak Saher seakan berada dalam persimpangan jalan. Pada akhirnya ada titik dimana rasa lelah, letih dalam kehidupan amat nyata dirasai. Pak Saher tidak pernah menyesali setiap apa yang telah dilewatinya, namun kadang perasaan dalam kekhawatiran akan dibawa kemana masa depan selalu menghantui tanpa bisa dielakan olehnya sendiri.
Namun sungguh dibalik seluruh ketidakpastian itu, banyak hikmah, pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Terlebih Pak Saher mengajar di sekolah yang tentunya membutuhkan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa.
Setiap hari adalah tantangan, apalagi di tahun ini, seluruh sekolah kembali memulai kembali beradaptasi setelah keluar dari peristiwa serangan virus yang sempat melumpuhkan pendidikan. Tak terkecuali juga dirasakan sekolah yang Pak Saher tempati.
Pak Saher adalah seorang guru yang memiliki sifat introvert, tapi begitulah perjalanan membawanya kepada profesi yang justru berkebalikan dengan sifat dan karakternya, sehingga setiap hari menjadi sebuah tantangan untuknya dapat keluar dari zona nyaman dan beradaptasi dengan keharusannya aktif dalam berbicara ketika mengajar.
Suatu pagi seperti biasa, kokok ayam telah terdengar di jam 04.00 pagi, penanda pagi akan segera tiba, menyambut waktu subuh yang akan datang. Pak Saher terbiasa untuk bangun pagi dan bergegas pergi untuk menunaikan shalat subuh berjamaah. Kokok ayam terus nyaring bersahutan, langit pun telah menampakkan rona kemerahan dari cahaya fajar yang mulai perlahan naik.
Pagi itu berjalan seperti biasa, Pak Saher adalah seorang guru di sebuah SMP swasta di daerah Cianjur, dia memiliki sebuah kebiasaan yang mungkin sebagian di zaman sekarang agak langka dilakukan, yaitu selalu suka untuk berjalan kaki kemanapun dia hendak pergi, tanpa terkecuali saat dia pergi mengajar.
Para warga masyarakat sudah sangat mengenal Pak Saher, bahkan mereka menyebutnya sebagai pejalan kaki sejati, maklum lah Pak Saher adalah laki-laki yang dianggap pekerja keras tak memiliki gengsi salah satunya berjalan kaki untuk pergi mengajar. Jarak tempuh antara rumahnya dengan sekolah adalah sekitar 7km lebih, terkadang Pak Saher berangkat lebih pagi agar tidak terlambat terlebih jika hari Senin upacara harus tepat waktu terlaksana. Banyak suka duka di sepanjang perjalanan Pak Saher menjadi seorang guru, apalagi di tahun 2023 yang sangat menyelipkan hikmah, pengalaman, dan pelajaran.
Langkah demi langkah berjalan penuh kepastian, banjir keringat dirasa sudah menjadi hal yang biasa. Jalanan yang dipenuhi lalu lalang kendaraan seakan menjadi kawan di sepanjang perjalanan, tidak jarang kabut tebal menjadi pengiring yang setia menyelimuti senyum seri seorang Pak Saher. Bahkan tidak jarang Pak Saher bertemu, berpapasan dengan orang yang terkena gangguan jiwa di jalan, apalagi jika satu waktu dimana Pak Saher sering bertemu dengan seekor anjing yang mengajaknya olahraga lari.
“Nak, pagi-pagi sekali berangkatnya, mari sini mampir minum teh anget dulu?“ tanya seorang ibu pemilik warung pinggir jalan.
“Terima kasih Bu, tapi saya sudah telat ke sekolah!” (sambil terengah engah).
“Ya sudah Nak, hati-hati ya, padahal naik ojeg atau mobil biar gak capek” (jawab lagi ibu warung).
Pak Saher hanya tersenyum dan kembali meneruskan perjalananya ke sekolah karena sudah terlampau siang hingga jalannya pun setengah berlari. Begitulah situasi pagi Pak Saher yang selalu sama setiap harinya, beberapa pemilik warung selalu memberi sapaan bahkan seakan seperti kasihan melihat perjuangan Pak Saher ini yang hanya berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, tidak jarang pula hinaan, cacian, anggapan miring dirasakan Pak Saher. dianggap mencari sensasi, ketinggalan zaman, dan lain lain. tapi Pak Saher menganggap ini sebagai warna dan bumbu dalam perjuangan.
Pak Saher pun tidak jarang sering merasakan lelah, letih bahkan bersedih dengan keadaannya saat ini, lebih-lebih jika masalah pribadi datang ditambah situasi lelah yang tidak bisa ditolak. tapi Pak Saher memiliki sebuah prinsip, dimana profesionalitas adalah segalanya, jiwa boleh berduka, hati boleh bersedih, namun pekerjaan adalah hal yang perlu diutamakan dalam situasi apapun. Pak Saher tidak menganggap menjadi pengajar adalah profesi, karena baginya menjadi pengajar adalah bentuk pengabdian dalam misi juga cita-cita untuk mencerdaskan anak bangsa dan membangun manusia yang beradab dan berguna. Pak Saher tidak merasa dirinya telah pandai mendidik, karena baginya meskipun dia pendidik, namun harus terus berusaha terdidik.
Lelah, penat. Keringat hanya sebuah nikmat, karena bagi Pak Saher semuanya itu bisa terobati tatkala setibanya di sekolah, senyum semringah dengan semangat yang hebat sembari menggapai tangan nya untuk dicium oleh anak-anak, adalah obat yang membuat rasa lelah yang hebat terbayar dengan singkat.
“Assalamualaikum Pak, Bapak bagaimana sehat? Bapak jalan kaki lagi?” tanya beberapa anak sambil hendak menarik tangan Pak Saher.
“Iya Nak, biasa kan olahraga, biar terus kurus supaya kayak artis K-POP.” jawab Pak Saher sembari tertawa kecil bernada bercanda.
Begitulah sambutan hangat dari anak-anak untuk Pak Saher, untuknya sambutan kecil dan sederhana tersebut adalah sebuah hal yang sangat luar biasa dan mampu memulihkan energi yang terkuras selama perjalanan menuju sekolah.
Pak Saher mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia dan PJOK, di mana kedua pelajaran tersebut menjadi terfavorit untuk anak-anak terlebih pelajaran olahraga. Pak Saher selalu berusaha berdamai dengan karakter introvertnya, apalagi dalam mengajar, introvert harus berganti menjadi ekstrovert.
2023 adalah masa yang cukup sulit dan rumit untuk Pak Saher. Beberapa kali Pak Saher harus terbaring lemah karena rasa sakit yang cukup sering dirasakan. belum keadaan keluarganya yang sedang dalam situasi sulit, tidak jarang badan Pak Saher pun sulit untuk pulih. Tapi Pak Saher tetaplah Pak Saher, apapun keadaanya, prinsip kuat selalu dilaksanakan, hingga suatu masa ketika Pak Saher sedang berada di situasi lemah karena demam, Pak Saher pun tetap tunaikan kewajibannya dalam mengajar.
Pucat, lemah bercampur hidung yang memerah sering dijumpai beberapa situasi oleh anak-anak. bersyukur beberapa anak murid Pak Saher memiliki jiwa sosial dan hormat yang sangat baik kepada gurunya, tidak jarang suguhan air hangat beserta selembar obat di bawakan oleh mereka hanya karena mereka tidak tega melihat Pak Saher sakit ketika mengajar. Pak Saher tidak bisa menutupi rasa harunya, namun gengsi seorang laki-laki yang tidak bisa memperlihatkan perasaannya seakan membuat raut dan ekspresi wajahnya tampak biasa. Padahal rasa haru yang tidak bisa diungkapkan, kadang dicurahkan di malam hari dengan lamunan dan panjat doa yang amat panjang tercurahkan.
2023 adalah tahun dimana Pak Saher memulai misi dan semangat baru yang lebih dahsyat, maklum 2023 adalah juga masa transisi mengawali situasi normal dari serangan virus yang pernah menyerang hampir seluruh dunia, dan pendidikan khususnya. Misi dan semangat baru seakan menjadi peta baru yang di jalankan juga dengan kepercayaan diri yang menggebu-gebu, apalagi di tahun 2023 ini banyak cita dan harapan Pak Saher untuk melanjutkan dan mencari kepastian di masa depan.
Di balik sukarnya perjalanan pendidikan dan penatnya perjuangan, banyak pelajaran yang sangat bermanfaat untuk Pak Saher.
di pendidikan Pak Saher diajarkan untuk menjadi seorang penyabar, sabar dalam menangani situasi, dan sabar dalam menghadapi kondisi. Pendidkan juga mengajarkannya untuk selalu ikhlas, menempuh jalan yang panjang dengan segala keterbatasan, tantangan zaman yang seakan terus memojokkan, belum profesi guru yang di anggap sebelah mata, apalagi dari segi nominal yang sebagian besar orang menilai bahwa menjadi guru di masa muda adalah hal yang celaka dan bisa membuat suram di masa depan.
Tapi bagi Pak Saher, mengajar bukan perihal nominal atau pofesi, karena baginya mengajar adalah sebuah perjuangan mulia, pengabdian tanpa imbalan, yang terpenting adalah mencari keberkahan dalam kehidupan.
Baginya juga mengajar adalah cara untuk terus belajar, mengamalkan ajar dan melatih diri menjadi manusia terpelajar. baginya pula mendidik bukan hanya soal memberikan materi, teguran atau suruhan kepada anak-anak, tapi pendidik adalah dimana kita bisa belajar mendidik, berusaha menjadikan cerdik hingga jiwa kita bisa juga terdidik.
Jika pun vonis sinis untuk seorang pengajar selalu terdengar atau penilaian miring akan jumlah materi menjadi sumber candaan dan dipandang sebelah mata, itu bukan menjadi masalah, karena bagi Pak Saher, semua telah diatur oleh Allah. nominal ataupun penilaian tidak terlalu penting, karena yang paling terpenting, paling utama dan selalu diutamakan adalah menjadi manusia yang bermanfaat yang selalu mencari keberkahan dan rida Allah Swt.