Nyala Nyawa
Karya: Belva Nuriana Rosidea
Denting waktu belum enggan berhenti
Menyimpul detik demi detik menggulung tahun
Kita disampaikan di ujung, bertemu yang baru
Kita masih dipanjangakan umur, diberi kesempatan baru
Dari sedikit yang mensyukuri itu,
Kuberi tahu, tak semua masih diberi waktu
Pada tetes gemericik hujan yang jatuh
Januari disambut, tersambut
Ada yang merekah hangat
Sebagian lainnya membeku dingin teriring kabut
Daun-daun jatuh, bersama itu pula tunas-tunas tumbuh
Derit pintu Desember masih nyaring
Diantaranya ada yang dibawa pergi tanpa pernah kembali
Ada detik dan koordinat jumpa yang enggan dilupa
Ada pula sisa-sisa luka yang enggan terlupa
Semoga bersama hujan yang jatuh ikut terbasuh
Berlalu bersama pemaafan yang semakin utuh
Menyisakan senyum manis di ujung bibir membentuk sabit penuh
Pengharapan atas apapun jangan dulu mati
Bara api yang meredup itu harus kembali hidup
Menyala merayakan nyawa yang masih ada
Nyawa diri ini, nyawa semua yang menyayangi
Semilir angin menerbangkan berjuta doa-doa manusia
Dalam rangkaian bingkai semoga
Beberapa menitipkan rindu kepada sesama
Beberapa mungkin tiba saat itu juga
Melalui sapuan sang bayu pada rona merah pipi kekasihnya
Rencana yang lalu belum semua menjelma realita
Justru meninggalkan noda-noda kecewa
Resiliansi kita rupanya ditantang masa
Masih maukah merapal doa yang sama?
Barangkali di tahun ini semua akan tiba
Sebab di tanganNya-lah sebaik-baik perencana
Katanya, kita harus berlelah-lelah sebelum akhirnya pasrah
Sambil terus menyirami prasangka bahwa di akhir semua akan indah
Luka-luka, sembuhlah
Cita-cita, terwujudlah
Pada tiap-tiap bagiannya rapi tersimpan
Ruang hati semoga semakin diluaskan
Bijaksana menyambut penerimaan pun pemaafan
Hidup ini masih layak dan akan selalu layak,
untuk senantiasa diupayakan
Jalan ini harus ditempuh meski harus berulang kali jatuh
Seiring abu-abunya dunia yang semakin nyata
Mari hidup dengan bahagia
Sederhana,
Mari lebih bahagia