Perjalanan Hidupku menjadi Lebih Baik
Karya: Alfiyah Salsabila
Tahun 2023 adalah tahun yang membuatku merasa galau. Bukan galau karna putus cinta ditinggal kekasih, tapi galau karena masalah keluarga. Saya adalah anak ke dua dari dua bersaudara, kakak saya sudah menikah dan merantau di Yogyakarta dengan suaminya. Lalu saya kuliah di Cirebon, jadi di rumah hanya ada Ibu, bapak, dan adik sepupu saya yang dirawat oleh ibu. Kenapa di tahun 2023 aku merasa galau? Karena di tahun itu, keluarga saya terpecah karena suatu masalah yang akhirnya aku dan Ibu harus keluar dari rumah.
Ceritanya pada bulan Ramadhan di tahun 2023, Ibu saya mengajak kita semua bermusyawarah karena sikap bapak yang sudah tidak ada perubahan lagi. Musyawarah ini dihadiri oleh Bapak, Ibu, kakak, kakak ipar dan saya sendiri. Kita mengobrol di belakang rumah karena cari tempat yang nyaman untuk mengobrol. Ibu memulai pembicaraan dengan meminta maaf kepada bapak, lanjut dengan kami anak-anak nya. Kemudian ibu membahas bagaimana usaha bapak untuk mengubah sikap dan kebiasaannya selama ini, lalu keinginan kita anak-anaknya kepada bapaknya. Karena yang dilihat selama ini tidak ada progres nya sama sekali. Saat giliran aku untuk menyatakan perasaanku selama ini kepada bapak, aku menangis sejadi-jadinya karena banyak yang aku pendam selama ini. Di situ semua kaget, karena aku pribadi termasuk anak yang pendiam dan tertutup, tapi saat itu aku meluapkan semua perasaan ku. Kemudian aku dan bapak pun saling meminta maaf dan berpelukan, dan di situ bapak berjanji untuk mengubah sikapnya.
Hari lebaran pun akan tiba, seperti biasa tradisi lebaran di keluarga kita adalah membuat bingkisan snack untuk para tamu anak-anak dan yang kebagian untuk belanja adalah aku dan ibu. Di hari Minggu, aku dan ibu pergi ke pasar untuk membeli minuman dan makanan ringan untuk isian bingkisan nya. Sampai di rumah aku langsung mengemas minuman dan makanan ringan ke dalam plastik ulang tahun yang ada gambarnya supaya menarik untuk anak-anak. Saat di malam lebarannya, banyak tamu-tamu yang berdatangan dan kebanyakan dari wali murid dari ibuku, karena ibu mengajar di berangkat sekolah. Tamu-tamu itu berdatangan bukan untuk maaf-maafan, tetapi mereka datang untuk menyerahkan zakat fitrah kepada kami. Lalu beras-beras yang kita dapatkan nanti kita berikan lagi kepada orang yang membutuhkan, seperti biasanya kita memberinya kepada saudara kita yang kurang mampu.
Setelah lebaran usai, aku pun kembali ke rutinitas sebagai mahasiswa di Cirebon. Tapi setelah beberapa Minggu, aku mendapatkan telepon dari ibu. Katanya dia di pukul oleh bapak lagi, ya dipukul lagi. Bukan hanya kali ini saja bapak melakukan kekerasan kepada mamah. Dulu saat kita masih kecil, mamah sering mendapatkan perlakuan buruk dari bapak. Bukan hanya mamah, kakak pun jadi sasarannya. Karena hal sepele bapak memukul mamah, dan bukan hanya kekerasan saja, bapak juga banyak menghancurkan perabotan karena marah. Dari memecahkan piring, mangkok, gelas sampai yang paling parah menendang pintu hingga bolong. Yang kita musyawarah kan saat itu adalah masalah ini. Padahal pada saat itu bapak sudah berjanji kepada kita, tapi ternyata itu dilakukan lagi olehnya. Sungguh tidak bisa menepati janji-janjinya.
Setelah aku dan kakakku tahu hal itu, kami langsung meminta mamah untuk memeriksakannya ke dokter untuk sebagai bukti visum. Lalu visum itu sudah di serahkan ke polisi, tetapi karena untuk menindaklanjuti nya memerlukan biaya, akhirnya tidak dilanjutkan. Sedikit cerita, kenapa kami memutuskan untuk langsung memvisum nya, karena jujur ini jika di biarkan terus ini akan terjadi lagi Lalu semenjak aku kuliah di Cirebon, aku banyak belajar tentang gender dan kekerasan seksual. Ternyata banyak sekali macam-macam kekerasan seksual yang sudah di lakukan oleh bapak selama ini. Aku tidak ingin Ibu mendapatkan kekerasan lainnya dari bapak. Jadi aku dan kakak memutuskan untuk menindaklanjuti ini.
Kemudian saat aku libur kuliah, kami memutuskan untuk musyawarah kembali. Tetapi sekarang kita libatkan adiknya bapak untuk ikut serta dalam pembicaraan ini. Karena bibi dan paman membawa anaknya, jadi aku tidak ikut musyawarah nya karena disuruh untuk menemani adik sepupu atau anak dari bibi. Musyawarah itu seperti biasa di lakukan di belakang rumah, dan saya ada di tengah rumah. Aku sempat mendengar bahwa bapak mengucapkan “Talak 3” kepada mamah sambil mengeraskan suaranya. Di situ aku kaget jantungku sudah berdetak kencang, tapi aku berusaha tenang karena bisa jadi aku salah dengar. Setelah mereka selesai musyawarah, bibi dan Ibu menangis dan berpelukan, lalu bapak pergi meninggalkan mereka berdua ke depan rumah. Kemudian di situ aku di peluk oleh bibi dan paman untuk supaya sabar dan menerima. Ternyata benar yang aku dengar tadi, bapak menceraikan Ibu sekaligus 3. Aku hanya bisa bilang iya dan iya karena kaget dan tidak bisa ngomong apa-apa.
Setelah beberapa hari kemudian, keluarga ibu sudah tahu dan mereka memutuskan untuk berbicara langsung kepada bapak. Biasanya kedatangan keluarga ibu itu perasaanku senang, tapi sekarang berbeda, perasaanku galau antara senang karena akhirnya ibu bisa lepas dari bapak, dan perasaan sedih karena keluarga ku sudah terpecah. Setelah mereka datang, diadakanlah lagi musyawarah itu, tetapi sekarang musyawarah yang lebih besar. Karena musyawarah ini di hadiri oleh keluarga Ibu, paman dan bibi dari bapak, dan ustadz sebagai penengah. Di situ kita membicarakan lagi bagaimana ceritanya, kenapa bisa sampai seperti ini, dan bagaimana kedepannya. Lalu akhirnya diputuskan lah hasil akhirnya. Bapak tetap ingin menalak ibu tetapi dengan alasan di paksa oleh anak. Padahal kita selaku anak tidak memaksa bapak untuk menalak ibu, kita hanya ingin bapak mengubah sikapnya menjadi lebih baik tapi kenyataannya bapak mengulang kembali kesalahannya dan mengingkari janji nya.
Akhirnya di situ di putuskan lah aku dan ibu yang harus pergi dari rumah, dan kita pindah ke Yogyakarta dengan kakak disana. Di hari itu pun kita mengemasi semua barang-barang milik ibu, dari kasur, dipan, lemari dan lainnya di angkut ke Yogyakarta menggunakan truk. Setelah kita mengemasi semua barang-barang, kita pun pamit kepada semua tetangga yang ada di situ. Berat memang untuk meninggalkan kampung halaman yang penuh kenangan itu. Karena sudah 22 tahun aku tinggal disana, susah senang sudah kita lalui disana. Tapi kehendak Tuhan untuk kita meninggalkan kampung halaman demi masa depan yang lebih baik di sana.
Kita berangkat menuju Yogyakarta sekitar pukul 10.30 wib. Aku mengabari kakak untuk mencarikan kontrakan untuk di tinggali ibu disana. Alhamdullilah sudah dapat satu rumah yang lumayan murah dan bagus untuk ditempati, tapi itu masih di foto kita belum tahu keadaannya. Saat sudah sampai di sana kita langsung melihat rumah itu, tapi saat sampai disana ternyata rumahnya sama seperti di foto, tapi yang membuat kita ragu untuk menempatinya adalah lingkungan sekitar rumahnya adakah kebun salak, dan di belakang rumah ada kolam besar yang di dalamnya tidak tahu ada hewan buas atau tidak. Di situ kita tidak mengizinkan ibu tinggal di situ, karena nantinya ibu akan tinggal sendiri ketika aku berangkat lagi ke Cirebon. Jadi kita memutuskan untuk mencari kontrakan kembali secepatnya sebelum truk barang sampai di sana.
Setelah mencari-cari kita hampir menyerah, karena kita tidak tahu di mana rumah yang bisa di kontraksi, dan di satu sisi truknya hampir sampai. Akhirnya kita memutuskan untuk ke rumah dinas kakak dulu untuk beristirahat. Tetapi saat sudah dekat dengan rumah kakak, paman melihat satu rumah yang bertuliskan “Dikontrakkan” kita langsung mendekati dan menghubungi nomor telepon yang ada di tulisan itu. Saat di telepon alhamdulillah di angkat dan yang punya rumah bersedia untuk mengontraknya sekarang juga. Tetapi karena jarak rumah yang punya kontrakan agak jauh dan lalulintas macet pada jam itu, jadi kita memutuskan untuk istirahat dulu di rumah dinas kakak.
Setelah sejam akhirnya pemiliknya datang, dan kami berbincang-bincang tentang rumah ini. Alhamdulillah akhirnya rumah itu sudah bisa di tempati malam itu juga. Kemudian kami menurunkan semua barang-barang yang kita bawa di mobil truk itu, lalu satu persatu dimasukkan ke dalam rumah. Tidak terlalu besar sih rumahnya, tapi cukup lah untuk di tinggali mamah dan aku. Sekarang aku dan Ibu memulai kehidupan baru, memulai cerita baru dan memulai kebahagiaan yang baru tanpa ada kekerasan lagi.
Itulah sedikit ceritaku di tahun 2023, harapanku semoga di tahun 2024 ini ibuku tidak mengalami kekerasan lagi. Aku ingin ibuku bahagia, aku ingin Ibu mendapatkan suami lagi yang sayang sekali kepadanya dan anak-anaknya. Semoga kehidupan ku bersama Ibu di sini menjadi lebih baik dan semoga di tahun 2024 tidak ada kekerasan apa pun itu. Yang bisa aku lakukan sekarang belajar yang rajin supaya ibu ku bisa bahagia melihatku sukses nanti.
satu Respon
Ceritanya sangat indah dan mengesankan serta mencerahkan.