Sebaris Kenangan di Ujung Nostalgia
Karya: Dyah Ratnawiati, S.Pd.
Sambil menghitung detak jam di sepertiga malam
Yang dentingannya memecah kebisuan di malam yang dingin
Ditemani jangkrik yang menyanyikan lagu Nina Bobo
Walaupun mata ini tak bisa dipejam jua
Denting jam itu pun masih terdengar
Masih hadir dengan irama yang sama seperti dua puluh sembilan tahun yang lalu
Mengantarku jika mentari menyingsing
Menjemputku jika mentari tenggelam
Selamat pagi…
Ku ucap salam pada gerbang yang setia menyambutku
Yang kan meenemani hari-hariku bersama wajah-wajah mungil si bunga bangsa
Yang selalu senyum dan jabat erat tanganku di setiap pagi
Kadang ada tangis, kadang ada tawa
Menyeruak dari mulut-mungil bergincu merah alami
Harum naget dan permen jagung menyengat di depan hidungku
Ah… masih tetap kurindukan aroma-aroma itu
Perjalanan panjang yang mengukit kenangan di masa lalu
Seakan bercerita tentang lika-liku tiap hari bersamamu
Celotehmu tentang hitung-hitungan yang tak bisa kau kerjakan
Celotehmu tentang pelajaran yang kau senangi
Setelah seperempat hidup kujalani bersamamu
Setelah banyak cerita yang kita tulis bersama
Dan mengakhirinya adalah tentang sebuah kisah baru
Karena setiap ada perjumpaan pasti ada perpisahan
Ketika duniaku tak lagi muda, tak lagi sanggup bicarakan cerita yang sama
Dan masa tuaku perlahan jalan mendekat, walau masih ingin merenda cerita
Mengukir cerita di lembar yang berbeda, mengisi pigura di masa yang berbeda
Adalah keseharian yang akan kujalani pada masa ini
Menjadi tua adalah sebuah perjalanan, menjadi tua adalah sebuah takdir
Bukanlah menjadi cerita yang semu, bukanlah menjadi cerita yang kelam
Menjadi tua adalah sebuah takdir, menjadi tua adalah sebuah perjalanan
Semua karena Lilahi Ta’ala