Sepenggal Cerita bersama Siswa-Siswa tercinta
Karya: Siti Jumsiah
Aku menggeluti dunia pendidikan selama kurang lebih 24 tahun. Tak terasa, bagiku waktu 24 tahun merupakan waktu yang masih sebentar, karena memberikan ilmu membutuhkan waktu yang sangat lama dan panjang. Aku sangat menyukai dunia mengajar dan anak-anak. Bagiku mengajar merupakan panggilan jiwa. Dengan segala suka dan dukanya. Aku mengajar di kelas bawah, antara kelas 1 dan 2.
Lelah dan letih tak bisa kita pungkiri, namun berniat lillah karena Allah SWT harus senatiassa kita panjatkan, agar apa yang kita lakukan mendapat pahala dan tidak sia sia. Seperti biasa aku berangkat ke sekolah diantar oleh suamiku. Jarak menuju ke tempatku mengajar lumayan jauh. Ku niatkan dalam hatiku untuk memberikan ilmu yang terbaik bagi generasi muda.
Tibalah aku di sekolah yang sangat asri, karena dinaungi pohon-pohon yang berdaun lebat. Angin sepoi-sepoi lembut membelai jilbabku. Udara pagi yang segar kuhirup dalam-dalam. Masya Allah, sungguh segar nikmat udara gratis dari Sang Maha Pencipta alam semesta ini.
Tibalah aku di kelas. Ruangan kelasku cukup besar, bercat kombinasi putih dan hijau. Kelasku sangat bersih, rapi, juga nyaman. Di dalam kelas sudah tampak seorang anak yang kukenal. Ia menyambutku dengan hangat, tangannya mengambil tanganku dan ia mencium punggung tanganku. Masya Allah anak ini sopan sekali.
“Assalamualaikum, ustadzah “sapanya lembut. Aku pun membalas salamnya dengan lembut
“Waalaikumussalam, Anin solihah.“ sapaku sambil tersenyum menatap wajahnya.
Rupanya ia datang lebih dahulu dibandingkan aku. Terlihat wajah putih dan bulat dibalut jilbab putih, Tinggi badannya hanya setengah dari tinggi badanku. Senyumnya yang manis menambah keceriaan pagi ini.
Anin yang terbiasa terlambat, rupanya datang paling pagi hari ini. Kemarin, sepertinya ia menyimak ceritaku di morning meeting. Saat itu aku bercerita tentang pentingnya sekolah, disiplin, dan selalu datang pagi hari. Anin yang baik, menyimak dan mempratikan ceritaku itu. Anak kecil memang sungguh luar biasa, dalam hal mendengarkan dan mencerna sebuah cerita.
Sambil menunggu teman–temannya yang lain datang. Anin bercerita panjang lebar tentang semua hal, termasuk alasannya sering terlambat ke sekolah. Rupanya Anin malas bangun pagi dan selalu ketiduran hingga ia datang terlambat. Aku mendengarkan cerita Anin dengan wajah antusias sambil tersenyum geli menatapnya yang bercerita dengan semangat.
Aku memujinya karena hari ini bisa datang tidak terlambat, ditambah lagi datang paling pertama.
“Wah, kamu hebat Anin, bisa bangun pagi dan tidak terlambat,” Pujiku sambil menatap matanya yang bulat. Kuacungkan 2 jempol tangan kiri dan kanan kepada Anin.
Anin tersenyum kemudian tertawa. Ia pun memelukku dengan hangat. Anin terlihat bahagia melihatnya. Mungkin terlihat sepele acungan jempol itu, tapi bagi Anin itu pujian yang luar biasa. Tak hanya berlaku bagi Anin, tapi berlaku juga pada anak yang lain. Menangkap kebaikan istilahnya.
Waktu pun berlalu menjelang siang. Jam sudah menunjukan pukul 07.20. Sepuluh menit lagi tanda bel berbunyi. Satu persatu siswa berdatangan. Kusambut mereka dengan bahagia. Mereka adalah penerus bangsa dan negara ini yang harus kudidik dengan baik. Semoga mereka semua menjadi anak-anak yang sukses dan berguna bagi agama, bangsa juga negara. Aamiin
Kulalui hari-hari dengan penuh kegembiraan bersama mereka. Ada berbagai macam karakter di dalam kelas. Karena latar belakang mereka yang berbeda. Tapi itulah perbedaan yang harus kita hargai. Di dalam kelas, semua anak belajar karakter yang akan menjadi bekal mereka kelak. Belajar bersama, menghargai, menyayangi, menghormati, dan berjiwa besar. Kutatap wajah mereka, siswa-siswa yang tahun ini menjadi tanggung jawabku. Secara lahir dan batin.
Hampir setiap hari, Anin selalu datang pagi. Wajahnya yang imut dan lucu membuatnya disukai oleh teman-temannya. Dulu, saat awal masuk di kelas 1, Anin sangat penakut, sering datang terlambat, menangis lebih dari 3 kali tanpa alasan. Namun seiring waktu, secara lambat laun Anin mulai berubah menjadi baik. Perubahannya semakin lebih baik sejak dia datang pagi. Dari ceritanya, aku jadi tahu apa yang selama ini Anin risaukan. Anin jadi selau curhat dan aku pun bisa memberi nasihat baik padanya supaya rajin sekolah.
Pagi begitu indah. Mentari bersinar cerah. Udara segar seperti biasa aku hirup.
Aku datang pagi. Kelas masih terlihat kosong. Biasanya Anin selalu datang pagi. Ada rasa yang hilang. Tak biasanya Anin datang terlambat karena sudah 1 bulan ini, ia selalu datang pagi. Hingga siang menjelang, ternyata Anin tak kunjung datang. Dalam hati aku bertanya- tanya, karena belum ada kabar dari orang tua Anin. Hingga menjelang saat pulang pun, tak jua kunjung kabar itu. Ada apa gerangan dengan Anin? Semoga tidak terjadi apa-apa.
Akhirnya pada malam hari, aku mendapat kabar dari orang tuanya Anin melalui telepon, mengabarkan bahwa Anin sakit. Orang tua Anin meminta maaf karena belum memberi kabar. Mereka mengabarkan bahwa Anin memerlukan waktu yang cukup lama untuk istirahat. Sekitar 2 minggu. Aku sedih mendengarnya dan mendoakan agar Anin segera sembuh kembali. Aamiin.
Pagi hari tanpa ada Anin terasa berbeda. Celoteh lucunya membuatku kangen. Tak hanya kepada Anin aku sayang. Aku pun sayang pada semua anak yang ada di kelasku dengan segala tingkah lucu mereka. Keunikan pada diri Anin dan anak-anak yang lain, membuatku merasa bahwa dunia anak-anak itu sangat indah. Dengan segala keluguannya.
Hampir 2 minggu Anin belum juga masuk. Aku dan teman partner di kelas menengok Anin ke rumahnya. Tak lupa kami bawakan sedikit camilan untuk Anin. Rupanya Anin alergi terhadap dingin dan menderita sesak nafas. Anin sudah bosan berada di rumah. Ia ingin segera kembali ke sekolah bertemu kami, dan juga teman sekolah. Anin terlihat sangat gembira dengan kedatangan kami dan memeluk kami dengan erat.
“Semoga cepat sembuh, Anin. Kami semua merindukanmu di sekolah,” ucap kami berdua sambil memeluknya hangat.
“Aku juga sudah tak sabar ingin kembali sekolah, ustadzah…”Ucapnya sambil terus memeluk kami berdua. Seakan tak mau lepas.
Pagi pun kembali datang.
Alhamdulillah, hari ini Anin sudah masuk sekolah. Anin sudah sehat. Seperti biasa, ia datang pagi. Wajahnya penuh senyum dengan keadaannya yang sehat. Ia memelukku kembali. Semua teman menyambut kedatangan Anin dengan gembira.
“Ahlan wa sahlan, Anin. Selamat datang kembali di kelas kami tercinta,” ucap seluruh anggota kelas secara kompak. Siswa yang perempuan memeluk Anin, sedangkan siswa laki-laki menyalaminya. Terlihat wajah Anin bahagia disambut seperti itu.
Memiliki siswa yang saling menyayangi antar sesama, membuatku terharu. Mereka mendoakan temannya dengan hati ikhlas. Semoga pengalamanku ini, selalu memberi semangat kepadaku untuk melakukan hal terbaik di tahun selanjutnya. Semua dengan kenangan indah yang tak akan terhapus zaman. Aku mencintaimu anak-anak didikku.