Tiara Nestapa
Karya: Muthia Rahmi
Binar mata itu kian hari makin memudar
Netra itu
Hampir setiap hari
Air mata bergulir dari keempat mata itu
Bergulir membasahi pipi
Tubuh meringkuk, suara meringkih
Dua sejoli tak kuasa menahan takdir
Setiap pukul tiga
Sajadah itu selalu terbentang
Di atas lantai yang dingin
Bersujud, menengadah, berbisik lirih ke bumi
Terdengar pasti di telinga Tuhan
Rintihan itu
Moga-moga dikabulkan-Nya pula
Akulah sang terdakwa
Yang menyebabkan kedua malaikat itu menangis
Merasakan nestapa di sepanjang hayatnya
Walau tangkai bunga itu telah kupatahkan
Walau sayap-sayap putih itu telah kuremukkan
Mereka tidak pernah mengamuk durja
Kedua sejoli itu
Bukan hanya sekadar manusia
Mereka malaikat
Malaikat bermahkotakan nestapa
Maafkan aku, sang terdakwa ini
Yang selalu menjadi penyebab pecahnya tangis itu
Di kala malam tiba
Di kala pagi mulai menyapa
Hanya satu yang kumau di dunia ini
Senyuman malaikat itu merekah
Gelar itu tersemat
Toga itu terpasang
Dan foto keluargaku terpampang
Di dinding kotor itu
Agar nampak menjadi lebih berwarna
Menjerit tak lagi soal rasa sakit
Melainkan rasa bangga
Itulah anakku
Permata hati, penyejuk jiwa
Tiara nestapa itu
Besok kita buang saja
Ayah, Mama