Aku, Seorang Guru
Karya: Neng Elsa Meida Y, S. Sos.
Inilah aku,
dan suka duka ku,
menjadi seorang guru.
Di tengah dedaun kering.
Debu dan kerikil menari terbawa angin.
Aku melangkah menuju ruang kelas yang riuh oleh sahutan suara satu dengan yang lain.
Salam ku ucap, hening sejenak.
Lalu kami berkalibrasi, menyamakan frekuensi.
Di tengah hawa dingin yang menyapa tiap inci tubuh ini.
Nyanyian rintik hujan kian deras menghujam bumi.
Aku melangkah menuju ruang kelas yang sunyi seolah tak berpenghuni.
Salam ku ucap, sejenak suasana menghangat.
Lalu kami bercengkerama, menyelam dalam indahnya pena dan aksara.
Katanya, guru ialah pahlawan tanpa tanda jasa.
Banyak yang mendebat.
Mereka bilang, guru itu digaji, guru itu dibayar, guru itu diberi tunjangan atau apalah namanya.
Apakah itu bukan tanda jasa?
Tapi permisi.
Ini bukan soal materi.
Namun tentang seberapa besar guru dihargai.
Tak jarang guru dicaci.
Hanya karena memberi sedikit sanksi.
Tak jarang pula guru dihina.
Hanya karena sedikit keliru dalam berkata.
Nyatanya, guru ialah pahlawan bangsa pembangun insan cendikia.
Kemarau takkan jadi risau.
Hujan takkan jadi alasan.
Keterbatasan tak jadi hambatan.
Guru tetap ada, setia, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tak pernah terbesit sesal, memilih menjadi guru.
Walau tak jarang tertancap luka atas kekata siswa yang mengundang pilu.
Namun menilik siswa yang bersungguh dalam menimba ilmu.
Nyata tumbuhkan suka cita dan semangat yang kian menggebu.
Keluh.
Tak luput terucap atas rapuh.
Lelah.
Terkadang timbul atas ceracau yang buat jengah.
Namun hati, tak pernah berpaling dari nurani.
Janji tuk mengabdi, terpatri dalam sanubari.
Ku ingat satu pelajaran.
Natrium klodrida terbentuk atas natrium dan klorin yang berikatan.
Satu memberi kelebihan, yang lain menerima kekurangan.
Tampaklah sejuta guna atas terbentuknya senyawa baru.
Bagiku, itulah hakikat siswa dan guru.
2023
