Dear My Self
Karya: Putri Aulia Rahmah Hasibuan
Di antara gemerlap kota Pekanbaru, aku berdiri di depan kamar kost-an ku. Tahun 2023 hampir berakhir,dan tahun 2024 hampir tiba. Ini akan menjadi tahun ketiga aku menetap dikota yang menjadi pilihan ayahku. Kota yang tidak pernah menjadi wish list aku sebelumnya. Kota yang direkomendasikan sang ayahdengan tujuan untuk menjaga anak perempuan kecilnya di kota orang. Tapi sayang takdir berkata lain.
Aku, seorang mahasiswi program studi pendidikan fisika di universitas riau, sedang duduk di meja belajardi kamar kecil yang penuh dengan bau buku dan lembaran kertas. Aku Aulia, seorang wanita muda yanghidupnya penuh dengan kesulitan. Setiap kali aku membuka ponselku dan melihat foto ayahku, hatikutergetar oleh kenangan yang begitu dalam bersamanya.
Setelah kehilangan sosok ayah yang kucintai membuatku masuk dan terdampar dalam kegelapan,hidupku begitu gelap. Selain meninggalkan luka emosional, rasa kehilangan itu membawa trauma,depresi, dan bahkan gangguan mental yang sulit dipahami oleh orang di sekitarku dan diriku sendiri.
Sekarang aku menjadi seorang wanita yang mengalami gangguan mental, trauma, depresi, putus asa, dankesedihan yang mendalam. Di penghujung tahun ini, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada dirikusendiri. Karena itu, satu-satunya cara yang bisa aku berikan sebagai bentuk apresiasi atas semuaperjuangan yang telah aku lalui.
Terima kasih karena telah bertahan sejauh ini. Aku sudah melalui begitu banyak kesulitan, badai, danlautan kesedihan yang dalam. Meski terkadang tak terlihat, aku adalah seorang pejuang, merangkak diantara reruntuhan kepedihan dan lubang gelap perasaan yang dalam. Terima kasih karena tak pernahmenyerah, terus maju, meski langkah terasa terhenti atau mundur.
Sinar di ujung terowongan masih ada, meski kadang terasa sulit untuk melihatnya. Aku telahmembuktikan bahwa kekuatan itu ada, bahkan saat matahari terbit dan tenggelam tanpa ada yang tahuseberapa besar perjuangan yang aku lalui setiap hari.
Ketika kesedihan datang dengan begitu kuat, aku tetap hidup, meskipun rasanya seperti tidak adagunanya lagi. Aku masih bisa berdiri di tengah angin putus asa yang kuat. Aku adalah karakter utamacerita ini.
Aku minta maaf karena sering meremehkan kekuatan diriku. Aku telah lupa betapa berani dantangguhnya diriku, dan bagaimana aku bisa menemukan sedikit cahaya di tengah kegelapan.
Aku telah menghadapi banyak tantangan selama ini. Aku sekarang tahu bahwa sakit itu adalahkekuatanku, bukan kelemahanku. Aku belajar bahwa meminta bantuan adalah tanda keberanian, bukankelemahan.
Aku telah menemukan cara untuk maju selangkah demi selangkah tanpa terburu-buru atau terperangkapdalam kekhawatiran tentang masa depan yang belum terjadi. Setiap pagi, aku memberi dunia senyumanlebar, tetapi di baliknya ada kesedihan yang dalam, luka-luka dalam hati ku. Setiap hari langkah yang kulalui adalah perjalanan yang penuh dengan beban yang tidak pernah terlihat oleh orang lain. Di luarsenyum dan tawa ku yang begitu didengar orang lain, ada kekacauan dalam hati ku yang tak terucapkan.
Aku menatap langit yang berubah warna di bawah cahaya matahari yang terbenam, berusaha mencarijawaban atas kepedihan yang sudah aku sembunyikan. Aku hanya bisa mengucapkan, “Terima kasih telahbertahan.” Aku ingin mengucapkan “Terima kasih atas kegelapan yang menghantui setiap detik hidupku”, meskipun rasanya seperti pukulan yang tak kunjung berhenti. Aku berterima kasih karena telahmenghadapi hasrat bunuh diriku dan tetap memilih hidup sampai hari ini, bahkan ketika badai menerpadengan kuat. Aku hanya bisa memeluk kehampaan yang menggelayuti diriku sendiri setiap malam yangsunyi dan sendirian, mencoba memperbaiki potongan-potongan yang hancur oleh badai yang tidak dapatdilihat.
Berusaha untuk mendorong diriku sendiri dan memeluk erat diriku dengan air mata, memikirkan tentangimpian dan janji yang dipegang erat, janji bahwa anak perempuannya akan tetap menjadi seorang sarjanadan menjadi anak yang akan membuat ayahnya bangga.
Kota ini adalah pilihan ayahku, dan sekarang aku berjuang keras untuk memenuhi harapan ayahku danmemenuhi janjiku padanya. Setiap malam, kusampaikan pesan dalam setiap rintik hujan “Ayah anakperempuan pertamamu masih berjuang untuk mewujudkan impianmu, impianmu untuk menunjukkanpada dunia bahwa orang tua yang tidak punya pendidikan sekalipun dapat memiliki anak yang punyagelar sarjana, bukan? Doakan anakmu, ayah, agar aku bisa menjadi seperti yang ayah inginkan.”
Walupaun, hampir setiap hari keinginan untuk menyerah datang seperti badai yang tak terbendung. Akumenemukan diriku dan pikiranku berjuang melawan arus itu, yang terjebak dalam depresi dan traumayang sangat dalam sehingga dapat membuatku putus asa karena mendapati hantaman tanpa ampun.
Namun, di tengah kegelapan dan keheningan malam yang mencekam, saat aku hampir menyerah padapikiran yang gelap dan kesedihan yang mendalam, aku mendengar suara kecil yang memanggil danmembisikkan pada diriku sendiri untuk bangkit. Suara lembut itu bisik, “Aulia, kamu punya hutang janjisama ayah yang belum kamu tepati.”
Bahkan ketika orang-orang di sekitarku tidak memahami luka-luka yang aku alami sendiri, aku memilihuntuk tidak menyerah.
Orang-orang tidak tahu seberapa sulit yang ku alami. Namun, dalam kesendirian, aku menjadi teman danrumah terbaik bagi diriku sendiri. Aku belajar mencintai kelemahan ku, menyelipkan harapan di antaraluka yang tak kunjung sembuh. sehingga aku menemukan kekuatan dari sinar cahaya yang mengisitrowongan gelap di otakku. Aku menyadari bahwa bangkit dari kegelapan bukanlah hal yang mudah.Namun, aku berusaha untuk menemukan makna yang telah lama hilang dalam hidupku selangkah demiselangkah.
Aku menjadi pendekar dalam perjuangan melawan kegelapan yang bergerak perlahan. Aku memutuskanuntuk memenuhi harapan ayah ku untuk menjadi sarjana. Setiap buku yang ku buka dan setiap ujianyang ku selesaikan adalah langkah-langkah yang membawa ku lebih dekat ke impian ayahku.
Dengan berjalannya waktu, aku menyadari bahwa aku saat ini tidak hanya menghadapi tantangan untukmencapai prestasi akademik, tetapi juga mencari kekuatan dalam diri ku untuk menghadapi setiap ingatan keinginan bunuh diri yang terus muncul di benakku. Aku mengerti bahwa mendapatkan gelarsarjana adalah cara untuk menunjukkan penghormatan dan cinta kepada sang ayah yang telah pergi.
Sampai akhirnya, meskipun kehancuran menghampiri, aku tetap memilih untuk bertahan. Setiap kali akubangun dari tempat tidur, aku bangun dengan tekad yang rapuh tetapi teguh, karena di tengahkekosongan itu ada harapan yang tidak pernah padam, dengan langkah yang kadang-kadang berhentitetapi selalu berlanjut.
Aku merangkul diriku sendiri dengan penuh kasih sayang, menjaga diri ku sendiri, dan menghormatisetiap langkah yang telah aku lakukan. Aku masih memiliki banyak perjalanan yang harus dilalui, tetapiAku sekarang yakin bahwa aku bisa melewatinya. Aku telah memperlihatkan keberanian yang luar biasadengan terus berusaha, dan terus mencari cahaya meski dalam kegelapan yang begitu pekat.
Beberapa hari lagi menuju 2024, semoga hal-hal baik yang telah aku alami sendiri akan tetap melekat dibenakku. Aku menutup 2023 dengan bangga karena telah melewati banyak kesulitan. Semoga akumenjadi lebih baik di tahun 2024, semoga dengan cobaan yang ada aku menemukan masa depan dankehidupan yang lebih bahagia, dan tentu saja, aku berharap aku akan menjadi orang yang tidak mudahmenyerah karena keadaan dan untuk diriku sendiri sampai bertemu di episode berikutnya, menjadi diriyang lebih baik lagi dan menjalani kehidupan yang lebih bahagia lagi.