Kisah Sederhana yang Tercipta dari Karya
Karya: Angelina Nurmustika Devi
Suara alarm membangunkanku pada pukul 04.30 pagi. Aku bergegas bangun dan merapikan tempat tidurku yang bernuansa biru. Aku beranjak dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Kemudian aku melaksanakan kewajiban beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah ibadah sudah ku laksanakan, aku memutuskan untuk mandi. Tak membutuhkan waktu lama untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk pergi berangkat ke kampus.
Hari ini aku akan memulai Perkuliahan pada pukul 07.00 pagi. Setelah aku sarapan, aku menyiapkan keperluan yang akan aku bawa ke kampus.
Peralatan yang paling utama dan selalu aku bawa ke kampus adalah sketchbook dan peralatan melukis. Aku selalu membawa barang tersebut karena aku adalah sorang mahasiswi prodi Desain Komunikasi Visual.
Alasanku memilih prodi Desain Komunikasi Visual karena aku ingin mengembangkan bakat melukisku. Sejak kecil aku sudah menyukai hal yang berkaitan dengan melukis.
Aku segera mempersiapkan keperluan yang hendak aku bawa. Tiba – tiba ada sebuah notifikasi pesan dari seorang dosen. Beliau menunjukku sebagai panitia dalam acara pameran seni. Pameran acara seni yang diadakan setiap tahunnya. Pameran seni yang diikuti oleh seluruh mahasiswa angkatanku.
Senang sekali rasanya karena aku dipercaya menjadi panitia dalam acara pameran seni tersebut. Dalam pameran seni tersebut aku tidak hanya berperan sebagai panitia, melainkan aku juga mengirimkan karya seni yang aku ciptakan untuk pameran tersebut.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 06.00 pagi yang artinya aku harus berangkat ke kampus. Aku selalu berangkat lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Jarak rumah ku dengan kampus cukup jauh. Sebisa mungkin aku tidak boleh terlambat berangkat ke kampus. Apalagi hari ini merupakan hari yang aku tunggu – tunggu.
Setelah tiba di kampus aku menyempatkan diri ke kantin terlebih dahulu untuk sarapan bubur ayam di tempat langgananku. Bubur ayamnya sangatlah enak sangat cocok dengan lidahku dan ibu penjual buburnya pun sangat ramah. Dengan lahap aku menyantap bubur ayam tersebut. Tak perlu waktu yang lama, aku pun menghabiskan bubur ayam itu. Aku segera membayar makananku ke ibu penjual bubur tersebut.
Setelah sarapan aku pun bergegas menuju ruang pameran seni. Pembukaan acara Pameran Seni akan segera dimulai. Para mahasiswa dan para dosen berkumpul di ruang pameran seni tersebut. Penyambutan dari Kaprodi dan Ketua Panitia pameran seni tersebut berlangsung sangat khidmat.
Aku bertugas untuk mencatat nama mahasiswa yang datang ke acara pameran seni. Setelah nama mereka dicatat, maka diperbolehkan untuk masuk ke ruangan.
Aku melihat lukisanku ditempatkan dekat pintu masuk ruangan. Aku dapat melihat lukisanku dari tempat aku bertugas. Saat aku melihat karyaku, aku merasa kurang percaya diri terhadap karya lukisan yang aku buat. Jika dibandingkan dengan karya teman – temanku yang lain mungkin karya lukisanku terlihat biasa saja.
Perasaanku saat itu senang tetapi sedikit khawatir terhadap respon yang diberikan orang lain pada lukisanku. Aku senang karena aku membuat lukisanku dengan sepenuh hati. Aku juga senang karena karya lukisanku dapat dipamerkan dan di nikmati oleh semua orang.
Di sisi lain, aku juga khawatir. Aku melihat karya lukisan teman – temanku yang jauh lebih bagus daripada karya lukisku tersebut.
Aku berusaha membangun kepercayaan diriku saat itu. Aku berusaha berpikir positif. Aku yakin lukisan yang aku buat pasti juga bagus jika dilihat orang lain. Semua orang mempunyai kemampuan dan porsi masing – masing, kan? Aku sangat percaya akan hal itu.
Tanpa disangka lukisan yang aku buat banyak yang mengabadikannya melalui kamera ponsel mereka. Tak jarang mereka juga berfoto dengan karya lukisan yang aku buat. Mereka juga tampak melakukan analisis makna yang terkandung dalam lukisanku.
Melihat respon semua orang terhadap karya lukisanku membuat aku sangat senang. Dari perasaan yang khawatir, kini berubah menjadi senang. Walaupun mereka memberikan respon terhadap karyaku dengan cara sederhana akan tetapi Aku menghargai respon yang mereka berikan terhadap karya lukisanku.
Lukisan yang awalnya ragu untuk aku masukan pameran seni. Namun, tanpa aku sadari bahwa hal ini adalah awal perjalanan dalam menemukan jati diriku.
Acara pameran seni berlangsung selama 3 hari. Setelah acara itu berakhir, aku dan panitia lainnya mengembalikan lukisan kepada pemiliknya.
Lukisan milikku juga aku bawa pulang ke rumah untuk aku simpan dan aku pajang di kamar tidurku.
Aku bertekad untuk membuat lukisan lebih banyak lagi. Aku mempelajari dan mengembangkan bakatku membuat lukisan dengan teknik realisme favoritku.
Semakin hari aku merasa bahwa lukisan yang aku buat mengalami perkembangan. Perkembangan dalam Teknik goresan maupun perkembangan dalam memadukan warna.
Setiap lukisan yang aku buat akan aku bagikan hasil lukisan tersebut ke platform digital. Aku berusaha memperkenalkan bakat lukisku kepada semua orang. Tentunya aku ingin dikenal melalui bakat yang aku miliki bukan melalui kecantikan atau kekayaan. Aku mempromosikan lukisanku melalui platform digital agar dapat diakses oleh masyarakat umum terutama penikmat karya seni.
Karya lukis yang aku buat mendapatkan respon positif dari orang – orang yang melihatnya di media sosial. Hal ini membuat diriku semakin percaya diri dan bersemangat untuk membuat karya lukisan yang lebih baik dan menarik.
Semakin banyak lukisan yang aku buat, semakin banyak juga aku mendapatkan respon positif dari khalayak umum. Semakin semangat pula untuk membuat lukisan lagi dan lagi.
Teman – teman terdekatku memberikan saran untuk mencoba menjual hasil lukisan tersebut. Aku juga tertarik dengan saran yang mereka katakan padaku. Aku mempertimbangkan saran mereka.
Aku dibantu teman – temanku untuk mempasarkan lukisanku ke media sosial agar menarik perhatian orang – orang untuk membelinya.
Tak berharap banyak dengan menjual lukisan – lukisan yang aku buat. Aku membuat lukisan berdasarkan bakat dan hobi saja. Cukup dengan orang – orang mengenalku melalui lukisan saja sudah membuatku bahagia.
Seminggu kemudian setelah aku membagikan lukisanku ke media sosial, aku menerima sebuah pesan. Pesan yang cukup membuatku terkejut. Pesan yang bisa membuatku senang juga.
Lukisan yang aku jual akhirnya dibeli oleh penikmat karya seni. Lukisan yang aku buat berdasarkan ide dan hobi semata ternyata mendatangkan rezeki kepadaku.
aku segera menyiapkan lukisan yang dipesan oleh pembeli pertamaku. Di hari yang sama, aku mengirimkan lukisan milikku ke tempat pengiriman barang. Aku mengirim dari Semarang ke alamat rumah pembeli tersebut.
Dua hari setelah pengiriman, lukisan tersebut sampai kepada pembeli. Aku mendapat pesan kembali dari pembeli. Pembeli merasa senang melihat lukisan yang aku buat. Aku juga turut senang membacara pesan yang dikirimkan oleh pembeli.
Dari situlah aku semakin aktif membuat lukisan. Lukisan yang berasal dari refrensi maupun lukisan yang berasal dari ide di kepalaku.
Aku semakin aktif pula untuk mempromosikan hasil lukisan yang aku buat. Aku semakin percaya diri terhadap diriku sendiri. Kepercayaan diri yang tumbuh dalam diri ini membuatku selalu percaya pada kemampuan yang aku miliki.
Dengan langkah kecil yang aku ciptakan. Melalui lukisan yang aku suguhkan. Aku harap lukisan tersebut dapat memberikan kesan tersendiri bagi orang lain. Lukisan tang memberikan inspirasi bahkan motivasi bagi orang lain.
Melalui goresan cat yang terlukis di kanvas. Melalui ide dan perasaan hati yang trtuang dalam karya lukis. Aku yakin melalui bakat, minat, dan hobiku akan mampu menciptakan dunia ku sendiri. Menciptakan sebuah kebahagiaan yang tak dapat di definisikan.
Inilah kisahku di 2023 yang selalu aku ingat sampai kapanpun. Kisah dari seorang yang mudah khawatir dengan masa depan. Kisah sederhana yang tercipta berkat Tuhan yang bekerja di dalamnya.