Tekad – Cerpen Futri Nur Ahyuni

puisi mencintai diri

Tekad
Karya: Futri Nur Ahyuni

Namaku Lili. Aku adalah murid korban bully oleh teman-teman sekelasku. Hampir semua teman di kelasku tidak menyukai keberadaanku, mereka sering kali melakukan bullying secara verbal yang membuat hatiku terluka. Mungkin karena diriku yang pendiam dan memiliki fisik yang berbeda dari teman-teman ku menjadi alasan mereka melakukan itu. Sejujurnya, awal-awal aku tak merasa sakit hati dan sabar oleh kelakuan mereka, tapi yang namanya kesabaran pasti ada batasnya. Bullying yang aku dapat memang tak seperti di film atau drama dengan adegan kata-kata kasar pada korban, kekerasan fisik dan pengasingan terhadap korban dalam ceritanya, namun dalam ceritaku para pelaku melakukan adegan menyindir, bisi-bisik dan menghindar ketika aku berjalan di dekatnya dengan menatapku jijik. Walaupun terdengar cukup sepele, tetapi tetap saja hal tersebut tidak pantas dilakukan.

Suatu hari saat mata pelajaran Bahasa Indonesia kami diberi tugas secara kelompok oleh guru. Kebetulan saat itu anggota kelompok kami terdiri dari 3 perempuan dan 1 laki-laki. Kami berkumpul untuk membahas tugas tersebut. Disaat sesi diskusi anggota kelompok lain memperhatikan kami sambil berbisik-bisik. “Mungkin lagi bercanda” pikirku. Saat pelajaran usai kami kembali ketempat duduk masing-masing. Teman-teman laki-lakiku menyoraki Balmond salah satu anggota kelompok kami “cie Balmond sekelompok sama Lili.” Terlihat ekspresi tidak suka dari wajah Balmond “Apa yang salah dari diriku? memang kenapa jika aku sekelompok dengan balmond?” Kita tidak berdua saja ada teman yang lain juga.” batinku. Aku heran dengan sikap mereka.

Sejak saat itu kami selalu di ledek oleh mereka, mereka meledek kami setiap ada kesempatan, “pacarnya balmond aneh.”, “pacarmu ngapain tuh Balmond.” begitulah kata mereka. Awalnya aku kira alasan mereka melakukan itu adalah karena Balmond memberi tahu kepada teman bahwa ia menyukaiku. Ternyata perkiraanku salah, karena setelah ku amati setiap mereka melakukan itu tanggapan Balmond seperti tidak suka bahkan ia pernah mengatakan kepada teman-teman bahwa ia tidak sudi disandingkan dengan ku. Akhirnya aku tahu alasan mereka melakukan itu, karena sebagai bahan candaan dan kesenangan saja karena aku adalah orang yang mereka anggap tidak bisa berbuat apa-apa jika mereka meledekku.

Perlakuan mereka pada kami khususnya terhadapku makin lama makin menjadi-jadi. Untungnya aku memiliki beberapa teman yang masih setia disampingku. Salah satunya adalah Rere ia memili sifat yang sama sepertiku yakni pendiam. Sejujurnya aku iri dengannya karena semua orang menyukainya karena ia murid yang pintar dan popular. Ia memiliki hobi menulis cerpen, ia selalu menulis cerpen di kelas saat jam istirahat ataupun jam kosong. Aku sering membaca cerpen buatannya, ku akui memang cerpen buatannya sangat keren. Tidak heran mengapa ia mendapatkan juara 1 dalam lomba cipta cerpen sekabupaten. Sejujurnya, aku suka membuat komik, tapi tak sesering dia ketika menulis cerpen. Dia sering menyarankan aku untuk mengikuti lomba membuat komik, tapi aku menolak. Aku sangat nyaman curhat dengannya karena kami memiliki kesamaan. Namun, aku tak pernah curhat soal aku dibully dengan teman-teman, memang aku adalah tipe orang yang jarang bercerita kalau ada masalah. Ia juga tidak tahu kalau aku dibully karena ia adalah murid pindahan.

Selain Rere, aku juga memiliki teman yang bernama Mawar, ia memiliki sifat yang blak-blakan dan mudah bergaul. Dari semua teman yang aku punya ia paling perhatian kepadaku. Berbeda dengan temanku yang lain yang terkesan tidak peduli jika aku dibully. Ia sering menyarankan aku untuk tidak diam saja jika aku dibully. Padahal ia juga pernah dibully sepertiku. Teman-teman laki-laki kami mengatai dia “Kuda” hal tersebut membuat dirinya marah dan bertengkar dengan salah satu dari pelaku tersebut. Memang dari kebanyakan murid, murid laki-lakilah yang sering melakukan bullying. Hingga akhirnya Mawar dan aku melaporkan kejadian tersebut kepada guru BK kami. Bukannya menghukum anak tersebut, guru BK malah menyalahkan Mawar di depan semua murid “Kamu cengeng. Dia juga cuma bercanda.” kata guru BK. Nampak ekspresi kecewa dari Mawar dan ekspresi senang dari pelaku. Aku menenangkan dan membelai punggung Mawar yang tengah menangis. “sabar Mawar, pasti adalah balasan dari tuhan.” kataku.

Kesokkan harinya guru mengadakan ulangan Bahasa Indonesia. Tak disangka aku mendapatkan nilai tertinggi di kelasku. Teman-temanku seperti tidak percaya akan hal itu, karena soal dalam ulangan tersebut cukup sulit, terlebih lagi aku dikenal dengan murid yang bodoh dalam pelajaran matematika. Mereka pikir jago matematika adalah patokan seorang bisa disebut pintar. Beberapa temanku memujiku, aku senang akan hal itu, setidaknya aku bisa menujukkan kelebihanku. Namun, ada saja temanku yang menuduhku berbuat curang. “Lili kok kamu bisa dapat nilai bagus, kamu dapat bocoran soalnya. ” Salah satu temanku menuduhku, “enak aja, jangan menghina ya.”. Aku memberanikan diri membalas perkataannya, karena biasanya jika mereka mengucapkan kata-kata yang tidak pantas padaku aku hanya diam saja. Sejak saat itu setiap ada ulangan bahasa Indonesia teman-temanku mendekatiku dan meminta aku untuk memberi contekan tak terkecuali teman yang pernah membullyku ia tiba-tiba berubah baik kepadaku. Namun, tak kuberi contekan tersebut “enak aja baik kalao ada maunya, biasanya juga jahat.”, Kataku dalam hati.

Suatu hari ada kabar bahwa akan diadakan lomba membuat komik antar kelas. Mawar memberi usul kepada ketua kelas agar aku menjadi perwakilan kelas dalam lomba tersebut. Ketua kelas menyetujuinya. Aku pun mengikuti lomba tersebut. Aku berusaha memberikan yang terbaik agar komikku terpilih menjadi juara. Aku meminta pendapat kepada Rere, kata Rere komik buatanku bagus. Aku semakin optimistis bahwa aku akan menang. Hari penentuan juara pun datang. Tak disangka aku mendapat juara satu, teman-temanku memberi selamat, bahkan teman yang biasa menjauhiku datang kepadaku untuk memberi selamatt “Selamat ya Lili.” Ia menjabat tanganku, aku tersenyum kepadanya “iya, makasih ya.”. Akupun sangat senang dan semakin percaya diri. Setidaknya mereka tidak mandang rendah diriku lagi.

Oh ya, selain menyukai komik aku juga sangat suka menonton drakor. Jika ada waktu aku menyempatkan diri untuk menonton drama Korea. Drama Korea yang aku tonton kali ini merupakan drama bergenre komedi romantis berjudul True Beauty yang dibintangi oleh aktris favoritku yaitu Moon Ga-young drama tersebut berkisah tentang seorang siswi bernama Im Ju-gyeong yang berparas jelek, bodoh, dan sering dibully oleh teman sekelasnya. I’m Ju-gyeong pindah ke sekolah baru dan merubah menampilannya menjadi cantik. Menurutku drama tersebut banyak mengispirasi khusus tentang bullying. Aku mendapat pelajaran dari drama tersebut bahwa jangan diam saja jika dibully dan berani menghadapi pelaku bullying. Pelaku bullying akan senang jika korban yang tidak berdaya. Mereka melakukan bullying hanya pada orang yang mereka anggap lemah. Maka dari itu sebaiknya melawan jika dibully. Aku mendapatkan ide. “Aku harus melawan mereka,”aku mengepal tangan percaya diri dan berjanji pada diriku sendiri.

Keesokkan harinya seperti biasa mereka meledekku dengan nama Balmond. Tentu aku takkan membiarkan mereka. “Kamu sangat perhatian ya kepadaku, gak punya kerjaan ya,” dia menatapku kaget. Sekarang giliran si pembully yang mengejek Mawar. Aku berjalan ke arahnya seperti biasa dia menghindar. “Hi…” Ia menatapku dengan jijik. Aku meniru gaya “Hi…” Tertampampang jelas ekspresi tidak suka dari wajahnya. Aku puas sekali. Tak sampai di situ aku berusaha memberanikan diri untuk membalas mereka. Walaupun sedikit demi sedikit tetapi membawa perubahan bagi diriku. Sudah mulai berkurang orang yang membullyku, dan aku tak di remehkan oleh teman-temanku lagi.

Tagar:

Bagikan postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *