Kopi Samsara
Karya: Febiana Natasha
Pagi itu kopi mengepul asap samsara.
Raupnya mulut-mulut pemberita, si penyatir hebat pada praja yang tak lagi bayan.
Lihatlah! Kecil mungil itu tak lagi gemas.
Remas senyum dengan akal binatang.
Temannya dikudap keras-keras, dipelintir tulang-tulangnya, diinjak ubun kepalanya, dihentak sekujur badannya, diretakkan dinding-dinding jiwanya.
//Apalah jadinya jika begini terbiar.
Tengoklah! Seringai puas tersungging tanda menang.
Praharanya dianggap tak bermasalah.
Hanya jenaka bocah-bocah, bual si paling (sok) bertuah.
//Apatah tak kian membalau praja ini.
Saban-saban menggeleng tak sangka
pada adil yang tak pernah berevolusi.
hingga-hingga korban masih berdiri satu kaki menghadang segala lara melarat.
akibat nakalnya tangan si kecil badung.
//kopi itu mendingin di antara hati-hati membeku, sukar beresolusi ‘tuk moral yang kian terisolasi.