Lubang
Rodiyatun Auliya, S.Pd.
Senandika bercerita
tentang lubang berdasar
dinginnya yang menjajah
telah menggemakan deru sepoi yang tinggal
bekunya meniadakan atma
yang terjerat dinding gelap
dengan gusaran terpendam
Nirmala pernah termilikinya
Dasar pernah tersandangnya
Namun, langkahnya tersandung bainah
Kerukan demi kerukan telah terbentuk
tanpa menyapa waktu yang mengitarinya
Pandangnya masih dipandang
Kerikil-kerikil mulai mengisah
Butir-butir tanah telah tertekan
Mereka sesekali tergerus angin siang
Pandangannya telah berubah
Arunika perlahan memasuki sisi lain lubang
Menyapa ukiran di dinding gelap itu
Bibirnya terus berkata mengenai kehangatan
Bahkan membual mengenai kirana
Menjura pun dilakukan seisi lubang
Dengan bantuan hewan-hewan kecil,
Lubang tak berdasar menemukan sejawat berjarak
Menerima sinar dari baskara di kala siang
Bersenda gurau dengan sinar Chandra di kala malam
Lubang itu sudah berlubang-lubang
Dasarnya mereka sendiri yang menentukan
Dekap asa akan selalu diteruskan
Gamang dan gelap sudah harus diruntuhkan
Pada dinding sinar telah bertemukan bekunya angina