Namaku Indah, Ini Kisahku
Karya: Indah Suracahyani
Aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana, aku bisa di katakan anak strict parents, kalian tahukan apa itu strict parents? Ya.. anak yang selalu di kekang oleh orang tuanya. Aku sekolah tak jauh dari rumahku, SMK Jurusan APHP (Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian).
Pada masa itu, akhir 2022 di mana aku memutuskan hubungan dengan pacarku.
“loh katanya strict parents!”
“iya-iya, itu orang tuaku tahu kok!”
Aku merasa di rendahkan dan dipermalukan, aku kehilangan jati diri. Beberapa bulan aku mulai bangkit, tapi dengan bantuan orang lain, namun gagal. Lalu aku berpikir lebih baik sembuh dengan tangan sendiri dari pada di bantu orang lain. Agar jikalau aku terluka kembali aku tahu cara mengobati diriku dengan versiku sendiri.
Di masa itu awal tahun 2023, di mana aku harus memutuskan mau lanjut kuliah atau tidak. Pada saat itu sungguh aku tidak berniatan untuk kuliah di sebabkan beberapa alasan, yang pertama karena tidak adanya biaya dan yang kedua orang tua yang tidak mendukung. Orang tuaku berkata “untuk apa kuliah, kakakmu saja tidak kuliah!”
Di situ hatiku merasa kecewa dan berat menerima, Ya.. tentunya aku tidak bisa apa-apa dan harus menerima kenyataan. Tapi diselang waktu menjelang pendaftaran perguruan tinggi, jalur SNBP ada berita di mana bahwasanya kuliah itu bisa mendapatkan KIP-K (kuliah gratis). Guruku menyuruhku untuk mencobanya, dia selalu mendukungku, dan di situlah semangatku mulai kembali.
Tetapi, ada hal yang membuatku takut, yaitu jika aku dinyatakan lolos di perguruan tinggi, dan aku gagal mendapatkan KIP-K maka aku harus membayar UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang di mana menurutku sangat mahal. Aku mulai ragu kembali waktu itu, dan lagi pula orang tuaku masih melarangku untuk kuliah di tempat yang jauh atau di luar kota. Aku bingung karena di kotaku hanya ada 1 perguruan tinggi negeri dan itu juga berbeda dengan Jurusan di mana aku bersekolah.
Tapi di sisi lain teman dan guruku mendukungku dan meyakinkanku, sangat berbanding terbalik dengan orang tuaku. Di situlah aku mulai membujuk orang tuaku, aku berusaha meyakinkan orang tuaku dengan berkata
Aku “ pak, buk aku hanya membutuhkan doa dan restu kalian, aku akan berusaha membahagiakan kalian kelak ”
Orang tua “ lalu bagaimana dengan biaya kuliah ?”
Aku “aku akan mencari beasiswa dan akan bekerja jika memang tidak mendapatkan beasiswa”
Pendaftaran kuliah jalur SNBP di buka. Aku mendaftarkan diri dengan semangat tinggi, aku yakin aku bisa membuktikan bahwa aku layak di hormati. Di saat itu, masih ada saja yang ingin menjatuhkanku.
“kuliah kok beda jauh sama jurusan sekolahnya”
“ih masa APHP malah daftar menjadi perawat”
“nanti adanya pasiennya di suntik minyak, hahaha….”
Tapi aku tetap tegar karna aku yakin aku pasti bisa. Aku menganggap kuliah itu sama saja dengan sekolah, yaitu menambah atau mencari ilmu. Menurutku tidak ada salahnya, bukannya wanita memang di tuntut serba bisa ya?
Di saat itu juga aku mencari informasi pekerjaan di malam hari. Sebenarnya aku tidak di perbolehkan bekerja di malam hari oleh orang tuaku, tapi aku berhasil meyakinkan mereka. Tidak sampai 1 minggu, aku menemukan lowongan pekerjaan di suatu cafe, aku bernekat bekerja sambil sekolah, karena aku sudah punya pengalaman magang sebelumnya. Lucunya saat pertama kali bekerja orang tuaku tidak tidur sebelum aku pulang ke rumah.
Di tempat itu aku bertemu orang-orang baru, aku sekolah dan bekerja di setiap harinya. Aku selalu mencari waktu luang untuk tidur, jujur aku sering mengantuk di kelas. Aku terkadang di ejek oleh salah satu temanku yang menjengkelkan,
dia berkata “kalau mau tidur di rumah saja”.
Ya sudahlah aku tidak mau berdebat lagi pula orangnya memang seperti itu. Hari demi hari, tibalah di mana pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi, waktu di mana yang sangat aku tunggu-tunggu.
Yess.. aku diterima di perguruan tinggi tersebut, di POLTERA Jurusan Kesehatan, itu adalah kabar yang mengejutkanku dan yang membuatku senang, di tambah lagi aku mendapatkan piagam penghargaan siswa terbaik 1 jurusan di saat wisuda kelulusan sekolah. Orang tuaku bangga akan pencapaian dan semangatku. Aku berterima kasih kepada orang tua, guru dan teman-temanku, karena berkat mereka juga aku bisa seperti ini.
Tetapi, masih ada 1 pengumuman lagi yang masih aku tunggu yaitu KIP-K, aku masih sambil bekerja waktu itu. Pada saat rumahku di survei, data pendukung mendapatkan KIP-K pada saat itu hanya piagam penghargaan tadi. Aku terus berdoa di setiap malam, berusaha dan berikhtiar. Ada di mana aku bekerja berangkat pagi pulang pagi, dikarenakan takut jika KIP-K tidak di terima, UKT menjadi mahal.
Di tempat kerja di mana aku menemukan pasangan baru yang mendukungku dan selalu menyemangatiku. Aku yakin dia adalah orang baik. Meskipun sekarang kami dijauhkan oleh jarak tapi aku yakin dia tidak seperti masa laluku yang buruk. Semoga diriku selalu di pertemukan dengan orang-orang baik.
Tiba di mana pengumuman KIP-K telah di buka, hatiku gelisah dan resah, pengumuman menyatakan aku lolos seleksi, hatiku senang tidak dapat di ekspresikan, perasaanku di campur aduk waktu itu, orang tuaku ikut menangis bahagia. Sejak itu juga orang tuaku yakin padaku, bahwasanya anak perempuannya itu tangguh dan kuat dalam menjalani hidupnya.
3 kejutan di tahun 2023 ini yang tidak akan terlupakan. Terima kasih 2023 sekarang aku berada di perguruan tinggi yang tidak pernah aku sangka-sangka. Terima kasih untuk diriku sendiri karena telah kuat sampai detik ini. Sekarang aku menjadi mahasiswi aktif di POLITEKNIK NEGERI MADURA. Bukan suatu hal yang tidak di impikan orang lain untuk menjadi sosok diriku.
Hal yang bisa aku petik dari kisahku ini adalah terkadang orang tua memang sangat menjengkelkan, tapi percayalah tidak ada orang tua yang membenci anaknya, mereka hanya ingin kita sebagai anak bahagia dengan cara mereka. Kita memang bisa berusaha tetapi mungkin kita tidak akan bersemangat tanpa orang-orang yang kita sayangi di sekitar kita. Ambil sisi positif kapanpun dan dimanapun kita berada, karena tidak seterusnya kita berada di lingkungan yang positif.