Sebuah Pesan
Karya: M.Rohim
Kelam, malam yang dingin berlampukan pelita redup
Muram, wajah seorang pemuda seakan terbangun dari mimpi buruk
Suram, selayaknya aku yang mengadu nasib menjalani hidup
Pitam, amarah memuncak menyalahkan keadaan yang amat terpuruk
Wahai Tuhan! Mengapa semuanya menjadi semakin pelik?
Teriakan, debu, ledakan, bom dan peperangan seakan menjadi makanan sehari-hari
Media masa tak lagi ramah menjamu, menutup kritik serta aspirasi publik
Seumpama putri malu yang menguncup kala terusik oleh jari
Wahai Tuhan! Dengarlah rintihan dari aku, si pemuda malang
Tanahku nan gersang tak kuasa menumbuhkan tanaman, Tuhan!
Seakan sirna, berganti debu yang penuhi tanah lapang
Mencoba untuk pindah. Sama saja. Tidak ada jalan, Tuhan!
Sakit merasuk, menghujam hati mengoyak sukma
Rakyat miskin, kaum proletar termasuk aku semakin tercekik dan tertindas
Menjadi budak di negeri sendiri yang konon berjulukan tanah surga
Tenaga yang dipaksa berkuras, bekerja keras namun segala hak dirampas
Debu kerap menembus jendela rumah hingga membuat perih mata
Kampung purna gelap gulita tertutup asap ledakan dimana-mana
Nestapa kerap mengalir lewat rintih dan renyah tawa
Pekik awam kian merusak mimpi semesta
Teriakan terdengar dimana-mana, ledakan terjadi dimana-mana
Doa dan harapan bagai surga yang terus dinantikan
Walau berjuta tahun lamanya kami terus berjuang nantinya
Hanya doa yang berharap dapat terkabulkan
Wahai Tuhan! Semuanya seakan percuma!
Tersiksa di tanah sendiri yang dijadikan hadiah surga
Namun sedikitpun tak menjadi pedoman dan paradigma bagi dunia
Pesan dari aku, seorang kaum proletar dengan hati penuh sengsara
Pekanbaru, 21 Januari 2024