Bukan Salah Takdir
Karya: Rizki Adi Saputra
Seorang pemulung tua pada titian sepi
Bercerita ria atas ingatan yang sebatas ilusi
Kadang kala kelakar tawanya menggema bahagia
Kadang pula tersedu-sedu oleh angan yang tak nyata
Lama sudah ia melanglang buana
Menyelami getir legitnya realita yang fana
Masa tuanya tak sesuai ekspektasi
Harapnya bernaungkan sembilu yang menyayat hati
Kisahnya suram sebab keluarganya hirap bersama cerita kelam
Kenyataan memaksa bibir keriputnya terbungkam
Wanita dan bocah yang dahulu ia dekap dengan penuh cinta tanpa henti
Dewasanya menghilang tanpa sedikit pun rasa peduli
Kerap kali batinnya berbisik menyalahkan takdir
Seolah-olah deritanya adalah batas tabir dari takdir
Gubuk tua, teriakan dan ledakan pada pemukiman kumuh menjadi saksi
Bagaimana raga renta itu mengarungi bengisnya realita seorang diri
Dalam lelapnya hanya beralaskan tikar seadanya
Berselimutkan debu dan kain lusuh yang telah kusam tak berwarna
Bahkan sering dipandang hina dengan sebelah mata
Namun tak pernah terlintas dalam pikirannya untuk meminta-minta
Ketika yang lain mengharap harta yang bergemilang
Batinnya hanya mengharapkan hidup tenang
Ketika yang lain bernaungkan cinta juga canda dalam keluarga
Ia hanya menaungkan doa di balik puing yang kerap dijatuhi bom yang mendera
Dalam kehidupannya yang terbilang sengsara
Hatinya masih tetap berhiaskan akhlak mulia
Pada langkahnya yang tertatih terpatri indah di hatinya rasa ibah
Batinnya damai oleh rasa tabah yang memapah
Tangan tuannya yang gemetar itu masih ringan untuk berbagi
Sebab jiwanya telah tersucikan oleh besarnya empati yang menaungi
Hidup dengan bom dan peperangan ia jalani dengan sabar syukur
Sebab ia sadar tuhan tak pernah salah memberi takdir
Pekanbaru, 21 Januari 2024