Sekalipun Kembara Menjangkau Liyan Negeri – Karya Vania Kharizma Satriawan

Sekalipun Kembara Menjangkau Liyan Negeri
Karya: Vania Kharizma Satriawan

Berundak cengkerama mencapai biduk ke biduk kayuh
kayuh silih bertolak hengkang

“biarkan ombak melarung
sedang aku bertarung dengan isi kepala biyung
berharap sembahyang
mengantar gelebah pitawat
yang sadrah seusai walimah safar berhelat.”

i.
Sekalipun bertatih langkahku menatah mimpi menjangkau liyan negeri
kau tekun menghanyut doa, memelihara pawaka yang menghuni sanubari
seumpama ibu yang tak sudi putrinya piatu, kau yakini rahmat tak ‘kan mangkir
—mengijabah litani saban malam semilir

“apakah mengimani kepulangan selaras
menggenggam keyakinan?”

Kau berandai hidup tak melulu dilarat kenestapaan, semenjana kita mesti mengasuh lelah
merangum tuah sejengkal tapak tungkaimu, yang tak kuasa kau lekangkan pasrah
sebab pada puncanya –berpulang ialah rute yang taat kita tuju saban liku arah.

ii.
Sekalipun berkelukur kujejakkan kaki mengelana hingga tebing tebing bentala
kau tekun memanjat mohon, mengiringi bara api yang kutanam dalam perak mata
sebagaimana kau percayai taklid bersemayam saban griya griya anutan
mengharumi petilasan menuju renta teratak
: graha kita berkisah mengurai kepenatan
yang mengacak di pundak
sepanjang tualang panjang memberai,
meriwayatkan ketakberhinggaan kerinduan
—atau, ketakberhinggaan yojana yang berlinang air mata?

“apakah memercayai kepulangan
seiras berpegang puguh pada akidah?”

Kita berandai pulas di setumpuk kapuk, selepas jerumun mengajarkan kita tabah menantikan nasib baik berpihak membantun pedih pada punggung nan asak guratan luka menuntunku menuju liyan negeri, berbekal selempang toga pun mandat wisuda;

lamun,
walakin dirimu mengayun kesendirian
—berpulang tetaplah rute yang tekun kutuju saban liku arah
yang puguh kulakoni, menuntut kakiku berpulang menuju rumah;
“mampukah kusebut ketekunan ini sebagai resolusi.”

Berundak cengkerama mencapai biduk ke biduk
kayuh-kayuh silih bertolak hengkang-

“biarkan angin angin monsun mengantarku kembali
sekalipun kembara menjangkau liyan negeri,
aku taat merawat resolusi.”