Semangat Menggapai Mimpi
Karya: Zufria Farhatin Kamalia
Fara adalah seorang siswi sekolah menengah atas yang dalam kurun waktu dua bulan akan menamatkan jenjang pendidikannya tersebut. Di tahun 2023 ini, Ia tengah berjuang meraih mimpinya, yaitu menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Orang bilang, mimpinya itu memerlukan biaya yang terlalu besar. Sedangkan Fara bukanlah orang dari kalangan atas, melainkan berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Banyak orang yang memandang sebelah mata Fara beserta mimpinya. Apalagi Fara tinggal di desa yang mayoritas penduduknya menganggap bahwa jenjang perguruan tinggi itu tidak terlalu penting dan hanya mampu dicapai oleh kalangan atas.
Namun bagi Fara, ekonomi bukanlah alasan untuk tidak mengejar mimpinya. Dirinya berpikir, “Jika kita tidak berusaha untuk memutus rantai kemiskinan yang menjadi momok besar bagi kegagalan mimpi anak bangsa, maka kita akan selamanya terbelenggu dalam rantai kemiskinan itu. Dan salah satu upaya untuk memutus rantai tersebut dapat diawali dengan pendidikan, pendidikan adalah mata pisau yang akan memutus rantai kemiskinan yang membelenggu setiap individu. Karena pendidikan dapat menjadi investasi jangka panjang untuk memperbaiki kehidupan seseorang.” Ada pun hasilnya nanti, yang terpenting adalah kita sudah mempunyai keberanian untuk mencoba.
Sebagai permulaan, Fara mengawali perjuangannya dengan berusaha melanjutkan pendidikan jenjang sarjana di salah satu perguruan tinggi. Pada percobaan pertama, Fara mengikuti seleksi berdasarkan nilai rapor di sebuah perguruan tinggi swasta ternama dan tentunya dengan jalur beasiswa. Namun sayangnya, Ia harus menelan kegagalan. Percobaan kedua, Fara termasuk peserta didik yang eligible di sekolahnya dan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri berdasarkan nilai rapor. Selain itu, Fara juga melakukan percobaan ketiga, yakni mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama melalui jalur rapor.
Dan pada akhir bulan Maret, kebetulan bertepatan dengan diumumkannya hasil seleksi masuk perguruan tinggi melalui nilai rapor, baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Agama. Pada siang hari pengumuman hasil percobaan ketiga Fara diumumkan, sayangnya Fara mendapatkan ucapan semangat dari web sistem pengumuman. Lalu dilanjutkan pada sore hari, tepat pukul tiga sore, Fara bangun tidur dan sontak Fara mengambil laptopnya untuk melihat hasil seleksinya. Ditemani sang Ibu, gadis itu mengetikkan sebuah kode untuk membuka hasil seleksinya, dan jrengggg!
Terlihat background merah di layar laptop Fara, artinya apa? Ya, artinya pada percobaan kedua Fara tidak lolos dalam seleksi jalur nilai rapor. Sambil menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca,
Fara berkata, “Tidak lulus, Bu.” Karena kegagalan itu, Fara menangis, Ia sedih karena harus menelan kegagalan untuk ketiga kalinya. Sang Ibu hanya bisa menunduk sejenak. Kemudian wanita paruh baya di hadapan Fara pun berkata, “Belum rezeki, Nduk. Tidak apa-apa sedih, tidak apa-apa menangis. Yang tidak boleh itu kalau kamu menyerah, tetaplah semangat ya.”
Sepeninggal ibunya, Fara menangis tersedu-sedu karena Ia harus menerima kegagalan lagi, tetapi apakah Fara menyerah? Jawabannya tidak! Justru karena kegagalannya itu Fara berjuang lebih keras untuk menggapai mimpinya, jika Ia gagal di suatu satu jalur seleksi, maka Fara tetap berjuang melalui jalur seleksi yang lain. Ia percaya selalu ada jalan untuk seseorang menggapai mimpinya, hanya saja perlu jatuh untuk menempa dirinya menjadi lebih kuat lagi.
Berlanjut di percobaan keempat, sembari menunggu pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi berdasarkan tes, Fara mengikuti seleksi masuk sekolah vokasi di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Seleksi tersebut berbayar, sehingga Fara harus menggunakan uang tabungan yang Ia kumpulkan dan dibantu tambahan dari ibu dan neneknya untuk mengikuti seleksi tersebut.
Hingga pada akhirnya, pendaftaran seleksi yang ditunggu pun tiba, segera Fara melakukan percobaannya yang kelima, yakni mendaftar seleksi masuk perguruan tinggi negeri berdasarkan tes. Ia pun mendaftar dan memilih program studi yang diinginkan. Singkat cerita, disaat menjelang hari berangkat tes, ekonomi keluarga Fara memburuk untuk kesekian kalinya. Sehingga demi Fara bisa berangkat tes ke Semarang, sang Ibu rela meminjam uang kepada tetangga untuk biaya berangkat dan uang pegangan selama di Semarang. Hal ini tentu menambah alasan Fara mengapa Ia harus berhasil dalam tes ini. Ia tidak boleh mengecewakan sang Ibu yang selama ini selalu membantu dalam setiap perjuangan Fara.
Jika realistis, berada di posisi Fara tentu terasa sulit dan underpressure. Namun, sekali lagi hal tersebut sama sekali tidak memadamkan api semangat Fara. Sehingga pada tanggal 9 Mei 2023, Fara berangkat mengikuti seleksi jalur tes tersebut di Semarang ditemani oleh sang Ibu. Karena kebetulan Fara mendapatkan sesi pagi, maka Ia berangkat sehari sebelum tes dilaksanakan. Fara dan ibunya menginap di sebuah rumah singgah yang disewa. Pada hari tes itu dilaksanakan, pagi-pagi sekali Fara berangkat menuju gedung tempat tesnya dilaksanakan dengan ojek yang Ia pesan.
Setibanya di dalam ruang tes, tidak ada yang Fara bawa selain diri sendiri, kartu peserta, tekad, semangat, dan doa ibu yang menyertainya. Pukul tujuh pagi, pengerjaan tesnya pun dimulai. Fara mengerjakan soal demi soal dan subtes demi subtes. Selain itu, Fara sengaja meletakkan kartu peserta yang bertuliskan nama jurusan dan universitas yang dituju itu di samping keyboard komputer. Sesekali Fara melirik tulisan itu untuk menyemangati dirinya selama mengerjakan soal.
Namun tiba-tiba, perut Fara serasa ditusuk-tusuk dan kaku. Ya! Perut Fara kram karena mendapatkan tamu bulanan. Hal ini tentu mengejutkan Fara, karena tidak ada gejala Ia akan datang bulan, kebetulan tamu bulanan kali ini datang lebih awal. Sehingga rasa sakit dan kaku di perut hanya bisa Fara tahan hingga Ia menyelesaikan 155 soal dalam 195 menit.
Setelah tes selesai, Fara segera menghampiri Ibunya di tempat persinggahan dan segera kembali ke kampung halaman. Setelah berjuang habis-habisan, yang tersisa ialah menunggu hasilnya sambil berdoa memohon keberhasilan kepada Yang Maha Kuasa. Sayangnya, sekali lagi Faa harus menelan pahitnya kegagalan . Karena pada hasil percobaan keempatnya, yakni seleksi sekolah vokasi kembali menunjukkan tulisan “Tidak Lulus”.
Walaupun begitu, Fara tetap tidak berputus asa. Ia tetap mengharapkan yang terbaik pada hasil percobaan terakhirnya, yakni hasil seleksi masuk perguruan tinggi berdasarkan tes. Singkatnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, tanggal 20 Juni. Hari dimana hasil kerja keras dan jatuh bangun Fara diumumkan. Sore hari, waktu pengumuman pun tiba, dan Fara segera menghubungi sepupunya untuk membukakan hasil seleksi miliknya. Fara merasa dirinya tidak mempunyai mental yang cukup untuk membuka hasil seleksi percobaan terakhirnya, apalagi sang Ibu tidak mendampinginya karena harus menemani adiknya kegiatan pembelajaran di luar sekolah.
Dan setengah jam setelah Fara menghubungi sang sepupu, akhirnya Fara menerima telepon dari sepupunya tersebut dan sepupunya itu mengabarkan bahwa Fara lulus seleksi. Tangis Fara langsung pecah setelah mengecek sendiri hasil seleksinya dan terdapat tulisan “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi.” Setelah perjuangan panjang dan berkali-kali menelan pahitnya kegagalan, Fara mendapatkan ucapan selamat untuk pertama kalinya. Segera Ia mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dianugerahkan-Nya sehingga satu-persatu Fara bisa menggapai mimpinya. Bahkan, setelah melalui proses administrasi, Fara mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan jenjang sarjana dengan beasiswa.
Dari cerita ini, dapat dipetik pelajaran bahwa segala sesuatu itu, memang membutuhkan tekad dan perjuangan tanpa kenal menyerah. Apabila kita mengimpikan suatu hal, maka jangan pernah takut untuk memperjuangkannya, jangan pernah takut untuk jatuh bangun dalam prosesnya. Karena dalam suatu proses ataupun perjuangan, yang paling penting adalah bagaimana kita tidak takut untuk mencoba, bagaimana kita tidak menyerah dengan adanya rintangan dalam perjuangan tersebut, dan bagaimana kita tetap tekun dalam menjalani setiap prosesnya.