Aku dan Hati Penuh Bara
Karya: Muhammad Sholeh Sihombing
Minggu, 31 Desember 2023. Rasanya gendang telingaku seperti di teriakin oleh segerombolan orang-orang yang sedang unjuk rasa pagi ini. Kebisingan itu berhasil membuatku terbangun dan tersadar dari mimpi yang benar-benar telah hilang dari ingatanku. Hanya perasaanku, sesaat kemudian Aku menyadari bahwa yang berisik itu bukanlah suara manusia, melainkan alarm yang berbunyi dengan nada dering drum bervolume tinggi. Aku ingat, tadi malam Aku telah mengaktifkannya agar Aku tidak telat bangun pagi ini. Bukan karena Aku sedang memiliki pertemuan penting yang mengharuskan diriku untuk tepat waktu, tapi karena Aku ingin menghirup udara pagi lebih sering. Ku raih benda pipih yang menghasilkan suara berisik itu di atas laci kecil dan langsung menonaktifkan suara alarmnya. Sebenarnya setiap hari Aku selalu memasang alarm sebelum tidur, tapi tidak jarang Aku tetap kesiangan, apalagi saat libur seperti saat ini. Tapi hari ini, alarm itu berhasil membuatku langsung terbangun dengan tepat waktu.
Ini adalah minggu ke-tiga di waktu libur, setelah Aku menyelesaikan kuliah di semester satu yang dipenuhi tugas-tugas beragam. Mereka bilang mahasiswa semester satu tidak akan mendapatkan banyak tugas karena masih mahasiswa baru, nyatanya ucapan itu tidak benar sama sekali. Biaralah, tampaknya liburan ini menjadi hadia manis yang pantas Aku dapatkan setelah menjalankan kuliah selama hampir 5 bulan. Aku duduk di tepi kasur sembari melamun sesaat mengumpulkan niat untuk berdiri. Mataku melihat ke arah meja belajar yang tampak dingin seperti tidak pernah di sentuh. Aku menghampiri meja belajar itu, tempat di mana Aku duduk mengerjakan tugas-tugas kuliah ku sebelum libur datang. Tapi selama tiga Minggu ini, Aku tidak menjamahnya sama sekali. Aku lebih sering menghabiskan waktuku di tempat tidur dengan handphone yang melekat pada telapak tangan. Ku pikir ini akan menjadi kesempatan ku untuk lebih banyak mendapatkan waktu tanpa stres, tapi setelah kupikirkan lagi, kebiasaanku selama tiga Minggu ini hanya membuang-buang waktu saja.
Tring… Suara dering handphoneku berbunyi dari atas kasur. Karena penasaran Aku berjalan pelan untuk melihat siapa yang memberikan pesan kepadaku pagi-pagi seperti ini. Setelah aku lihat, ternyata itu pesan masuk dari grub kelas kuliahku. Angga, dia yang mengirimkan pesan itu. Pesan yang berisi gambar sertifikat juara olimpiade matematika tingkat Nasional. Aku lumayan kaget melihat pencapaiannya, tapi Aku juga merasa jengkel pada Angga. Untuk apa dia harus menunjukkan sertifikat itu? Apakah dia ingin pamer? Sombong sekali! Ucapku dalam hati. Tapi Aku sadar, aku sebenarnya hanya iri padanya karena belum bisa mendapatkan prestasi semacam itu. Sedangkan Angga, tidak heran anak itu bisa memenangkan olimpiade itu, karena dia adalah anak yang rajin belajar dan disiplin. Meskipun kami baru saling mengenal di semester satu ini, tapi Aku tau, dia
adalah anak yang benar-benar cerdas dan rajin, nilainya saja menjadi nilai yang tertinggi di kelas ku saat ini.
Aku kembali duduk di atas kasurku dengan handphone yang masih ku mainkan. Setelah melihat pesan dari Angga, aku mengalihkan pikiran ku dengan membuka aplikasi media sosial Instagram. Bukannya teralihkan dari overthingkin yang aku rasakan, aku malah semakin iri melihat postingan foto dari salah satu teman SMA ku dulu, yang menunjukan bukti bahwa dirinya mendapatkan beasiswa kuliah di luar kota. Aku merasa lemas sekaligus menilai diriku sendiri. Aku bertanya pada diriku, hal apa yang bisa Aku banggakan pada diriku? Apakah Aku memiliki prestasi seperti teman-temanku. Hatiku rasanya ingin menangis melihat diri sendiri belum memiliki apapun untuk di banggakan.
Aku sadar, tahun 2023 ini, Aku lebih banyak melakukan kesenangan semu, seperti bermain game, nongkrong, dan menghabiskan waktu bermain handphone tanpa melakukan hal-hal yang bisa menambah pengetahuan dan kemampuan ku. Tidak heran kalau diriku akan tertinggal jauh oleh orang lain jika Aku tidak merubah kebiasaan ku ini. Melihat orang lain mendapatkan pencapaian yang keren, diriku malah merasa iri dan bukannya termotivasi. Aku menepuk jidatku beberapa kali karena baru menyadari hal itu. Setelah selesai dengan penyesalanku, Aku mematikan handphoneku dan beranjak dari kasur menuju meja belajarku. Aku menatap tanggal pada kalender duduk yang aku letakkan di atas meja belajarku. Tampak bentuk silang pada tanggal yang bertuliskan 31, itu artinya hari ini adalah hari terakhir di tahun 2023.
Aku diam sejenak bertengkar dengan pikiranku. “OKE” ucapku setelah memutuskan sesuatu pada pikiran yang sedang kacau itu. “Aku harus menjadi orang baru di tahun 2024! Aku harus bisa menjadi orang yang produktif, disiplin, dan tidak membuang-buang waktu lagi. Aku ingin memiliki prestasi dan mejadi orang yang cerdas di tahun depan” ucapku dengan penuh keyakinan dan tekad yang kuat. Dengan keyakinan dan semangat yang masih membara, Aku duduk di atas kursi, mengambil pulpen dan merobek selembar kertas pada buku tulisku. “Tahun 2023 akan berakhir tengah malam nanti, dan tahun 2024 akan menjadi awal yang baru” ucapaku dalam hati. Setelah mengucapkan hal itu tanganku mulai menari di atas kertas dengan tinta pulpen yang memberikan jejak coretan dari buah pikiranku. Jangan berfikir Aku sedang menggambar, tapi Aku sedang menulis resolusiku untuk tahun 2024 yang akan datang.
•Ibadah lima waktu jangan tingal
•Berhenti Overthingkin
• Lebih disiplin dan tepat waktu
•Belajar banyak hal baru
•Fokus dan konsisten tumbuhi “Personal Branding”
•Konsisten tingkatkan skils
“Aku harus mencapai semua ini di tahun 2024” ucapku dengan keyakinan dan tekad. Setelah selesai menulis resolusiku, ku oleskan lem pada bagian belakang kertas itu dan kemudian menempelkannya pada dinding di depanku. “Aku akan melihat mu setiap hari, agar Aku ingat, apa tujuanku tahun ini” ucapaku dengan tatapan yang tegas.