Masa Lalu yang Pilu, Masa Depan Cerah Membahagiakan
Karya: Sandi Herdiansyah
Malam itu,jarum jam telah menunjukan waktu pukul 23.00,tapi pandangan mata adi masih terus terjaga seakan menolak untuk terpejam dan terlelap. Hembusan angin dan suara binatang malam seakan menjadi kawan dalam lamunan. Adi adalah seorang anak laki laki yang terlahir dari keluarga sederhana,namun memiliki jutaan mimpi yang ingin terlaksana. Adi juga salah seorang pengajar di sebuah sekolah menengah di daerah cianjur, adipun juga tercatat sebagai seorang mahasiswa semester 6 jurusan tarbiyah di salah satu kampus di bandung.
Tahun ke tahun selalu meninggalkan banyak kesan dan pelajaran,terlebih di tahun 2023 yang rasanya menjadi tahun yang cukup dipenuhi dengan tantangan. Profesi nya sebagai pengajar membuat adi harus kembali menempuh pendidikan kuliah hingga sarjana,meskipun pada awalnya itu bukan hal yang direncanakan bahkan di impikan. Adi merasa tidak percaya diri dengan kesanggupan dalam mengejar pendidikan,bukan perihal pelajaran nya yang sulit,atau malas yang dirasakan,namun dengan keterbatasan ekonomi yang dirasa tidak dapat mendukung perjuangan tersebut.adi hanya memiliki sebuah niat dan tekad yang cukup kuat. Perjalanan dalam perjuangan adi sudah hampir menuju tahap akhir,mimpi untuk menggapai toga semakin dekat,namun justru kegundahan yang hebat itu terus muncul di pikiran adi.
Hari demi hari seakan cepat berganti,sampailah adi di titik dimana dia berada di sebuah persimpangan,antara meneruskan atau menyudahi. Tahun ini amat membuat dirinya seakan tidak tentu arah,maklum saja adi merasa untuk mencapai toga yang sudah di depan mata justru keadaan seakan memaksa adi untuk mundur.Adi sadar bahwa kehidupan ekonominya sekarang jauh dari kata cukup,terlebih orang tua yang sedari awal hanya bisa mendoakan dengan apa yang sedang adi perjuangkan.adi merasa berkecil hati dengan kemungkinan gagal yang menghantui,apalagi jika teringat tunggakan biaya semester yang sudah terlampau banyak,padahal tahun depan adalah tahun akhir menuju sarjana.
Masa berganti lagi,putaran waktu seakan cepat berlalu,di minggu pagi itu adi yang telah siap berangkat kuliah justru seakan berat untuk melangkah,karena sebelumnya telah di umumkan akan diadakannya kegiatan KKN sebagai salah satu syarat akhir menuju lulusnya perjuangan.Sungguh amat menghenyak,mengingat pada hari itu adi tidak bisa berbuat apa apa,orang tuanya hanya bisa mengelus dada,menghela nafas yang dalam,sembari sesekali menahan air mata karena merasa tidak bisa berbuat yang terbaik untuk anaknya.Adi hanya merasa bahwa dirinya tidak boleh mundur,tapi kenyataan dan realita hidup justru seakan memukul mundur semangat adi. “Pak,bu aku pamit kuliah dulu ya ,do’ain semoga ada jalan yang terbaik untuk kedepannya” ( pamit adi sembari mencium tangan kedua orang tuanya) “Iya nak,tanpa diminta pun kami akan selalu mendoakanmu,maaf kan kami ya nak yang tidak bisa membuatmu bahagia” (jawab orang tua adi sembari menahan tangis) “Iya pak,bu do’ain aja ya,insyaAllah akan ada jalan” ( tersenyum penuh yakin )
Singkat cerita tibalah adi di kampus,seperti biasa adi adalah seorang yang aktif dalam berdiskusi,baginya berdiksusi adalah hal yang amat bermanfaat dalam kehidupan,dan dengan berdiskusi juga rasanya sikap pendiam yang dimiliki adi seakan bisa terlatih untuk lebih aktif lagi,apalagi adi sangat menyukai pembahasan yang berhubungan dengan perilaku sosial dan filsafat.Waktu pengumuman pun datang,seluruh mahasiswa semester 6 dikumpulkan dan diberikan info terkait kegiatan kkn yang akan diselenggarakan minggu depan,seluruh raut wajah mereka terlihat sumringah,apalagi mereka menganggap kkn ini adalah ajang sekalian liburan. Tapi tidak demikian dengan raut wajah adi,yang di penuhi kebingungan,kegundahan dan merasa cemas,terlebih biaya kkn tersebut harus secepatnya dapat terkumpul. Sepulang ke rumah,adi yang terlihat lelah ditambah wajah yang terlihat suntuk langsung bergegas masuk kamar sembari berfikir keras bagaimana cara untuknya dapat mengikuti kkn.
Pagi berganti siang,siang berganti sore.dan sore berganti malam,adi yang baru pulang dari mesjid malam itu masih terlihat muram,namun adi tidak ingin orangtuanya mengetahui kesedihannya itu,terlebih mereka pun sudah terlalu banyak yang harus dipikirkan. Pagi pun kembali datang,seperti biasa adi bergegas untuk bersiap kembali mengajar disekolah,pagi itu cuaca seakan mewakili perasaan adi yang terasa mendung mendekati hujan.adi berkuliah mengambil jurusan tarbiyah dengan kelas karyawan,hanya di akhir pekan adi masuk kuliah,dan kesehariannya yang lain dihabiskan untuk mengajar yang telah ia jalani hampir selama 4 tahun lamanya.Di sepanjang perjalanan,raut wajah,puluhan langkah,dan isi kepala seakan berlainan misi,karena di sepanjang perjalanan adi sangat merasa kebingungan bagaimana cara mendapatkan uang untuk kegiatan kkn.
Pada akhirnya adi pun berinisiatif untuk meminjam sejumlah uang kepada teman nya,tapi hasilmya nihil,hampir semua temannya tidak ada yang menolong adi,dengan alasan yang beragam,adipun tidak merasa marah dan memaklumi semuanya. Setelah itu adi pun berinisiatif meminjam uang kepada kerabat kerabatnya,lagi lagi juga nihil dan tak menemui hasil.Tiba lah adi disekolah,di sambut dengan senyuman anak didiknya,seakan menjadi pengobat kegundahan adi sepanjang perjalanan. Sepulang sekolah adi bergegas untuk kembali pulang,di perjalanan akhirnya dia memutuskan untuk berbicara kepada pihak atasan sekolah untuk meminta tolong agar diberi solusi kelanjutan masa depan kuliahnya itu. Adi pun langsung menemui pihak atasan sekolah dengan penuh harap dan yakin,setibanya di kediaman atasan nya,adi pun bercerita panjang lebar tentang perihal langkah akhirnya untuk mencapai impian menuju gelar sarjana.Alangkah terkejutnya adi ketika atasannya langsung bersedia membantunya menyelesaikan biaya kkn nya itu, “ Pak adi,insyaAllah untuk kkn saya bisa bantu,bisa saya pinjam kan untuk biaya kkn,tunggu saja,saya usahakan dulu” ( Ucap atasan adi sembari meyakinkan adi). “Alhamdulillah pak terimakasih sekali sebelumnya,gak tahu saya harus bicara apalagi,pokoknya saya sangat berterima kasih sekali sebelumnya atas bantuan bapak yang sangat berharga untuk masa depan saya” (jawab adi penuh rasa haru)
Singkat cerita,adipun berpamitan pulang,raut wajah yang dari pagi terlihat muram dan suntuk sekarang berubah setidaknya terlihat berseri dan kembali bersemangat.Sepanjang perjalanan adi pun tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya,sudah terbayang dalam pikirnya perjalanan kkn yang akan ia ikuti minggu depan,belum lagi orang tuanya yang akan bahagia mendengar kabar ini. Setibanya dirumah diceritakan lah semua yang sudah di lalui adi hari ini,termasuk mendapatkan pinjaman untuk kkn dari atasan sekolahnya,spontan orang tuanya pun sangat senang dengan kabar tersebut,sembari mata yang terkesan berkaca kaca,mereka pun terus memanjatkan doa untuk kelancaran masa depan adi.Malam itu adi pun seakan sedikit bernafas lega,beban yang sangat berat di pundaknya perlahan seakan terkikis,pikirnya pun perlahan terasa ringan,bahkan malam itu adi sangat terlelap nyenyak beristirahat.
Adzan subuh berkumandang,tiupan angin pagi seakan menusuk membangunkan adi,fajar yang terlihat memerah diselingi kokok ayam dan saling sahut nya kicauan burung menjadi pengantar pagi yang penuh semangat untuk membuka hari.Pagi itu seperti biasa adi bersiap melanjutkan aktivitasnya disekolah,dan adipun berencana untuk menanyakan uang yang akan dipinjamkan oleh atasan nya karena pendaftaran kkn harus segera masuk lusa. Bertemulah adi dengan atasannya dan bergegas untuk menanyakan kepastian hal tersebut,“Selamat pagi pak,gimana kabarnya pak? ( tanya adi membuka obrolan). “Pagi pak,alhamdulillah sehat “ (jawab atasan nya sambil masuk kantor) “Gini pak maaf sebelumnya,karena pendaftaran kkn harus segera masuk lusa,saya mau tanya,kira kira uang yang bisa saya pinjam dari bapak sudah ada atau belum?” (tanya adi penuh harap), “Oh iya kebetulan uang nya belum ada pak,paling besok ada nya ,gimana?”(jawab atasan adi). “Baiklah kalau seperti itu pak,berarti besok saya tunggu aja ya pak”
Entah kenapa setelah pembicaraan pagi itu,perasaan adi seakan tidak enak,padahal baru kemarin sampai pagi tadi semangatnya sudah berangsur pulih,tapi setelah mendengar kepastian dari atasannya tadi justru seakan membuat adi merasa bimbang.Tapi adi tidak menaruh prasangka buruk dengan hal itu,seperti biasa setelah jam mengajar habis,waktu dzuhur kembali datang,selepas shalat dzuhur adi pun pulang. Di rumah adi menghabiskan kesibukan membantu orang tua di kebun sembari sesekali membantu ayahnya mencari botol plastik di sungai untuk tambah tambah penghasilan.Saat itu adi tetap merasa tidak tenang,adi berpikir untuk memastikan nya lagi malam nanti menanyakan kembali perihal hari esok.
Suasana malam yang kembali berubah,rasanya baru malam kemarin adi merasakan tenang,namun malam ini kembali di buat bimbang,terlebih ada beberapa pesan grup kampus yang masuk untuk menegaskan kembali agenda pendaftaran yang semakin dekat.Saat itu adi pun akhirnya berinisiatif menanyakan kepada atasannya melalui pesan singkat ,dimana isi pesannya menanyakan perihal kepastian besok. Pesan terkirim,dua ceklis telah terlihat,status online pun menjadi penanda baik,sedangkan mata adi fokus melirik layar handphone menunggu balasan pesan.10 menit berlalu namun tidak kunjung ada balasan,adipun kembali menulis pesan lagi,dan kembali terkirim dengan penanda ceklis dua yang tertera.Detik berganti menit,menit berganti jam,namun belum kunjung juga pesan terbalas,bahkan sampai dengan adi menambah pesan nya lagi sembari sesekali menelepon atasannya itu ,namun tidak kunjung ada respon,hingga tidak terasa adipun tertidur.
Pagipun kembali menyapa,adi bangun penuh pengharapan,diperiksanya kembali layar hp takut kemungkinan sudah ada balasan pesan tadi malam,namun nihil,tidak ada satu pesanpun yang masuk.Bergegaslah adi dengan terburu buru kesekolah,adi berpikir mungkin atasannya sedang sibuk dan tidak sempat membalas pesannya malam tadi,adi pun segera berangkat sampai melewatkan sarapan karena tidak sabar mengetahui kepastian yang atasannya janjikan.Setibanya disekolah adi pun masih menunggu kedatangan atasannya tersebut yang belum terlihat,sampai jam istirahat tiba atasannya pun tidak kunjung datang. Ketika jam istirahat selesai,adi menanyakan rekannya perihal atasannya yang tidak hadir,ternyata salah seorang rekannya bilang bahwa hari ini atasannya tidak masuk dikarenakan ada bimtek diluar kota.Sungguh sangat terkejut bercampur bingung,dimana dari malam adi berusaha untuk menghubungi atasannya namun tidak ada balasan,tapi aneh justru rekannya bisa dikabari oleh atasannya tersebut.
Adi pun merasa bingung bercampur tanya,karena hanya ini yang bisa dia lakukan dan merasa satu satunya cara yang dapat di ikhtiari.Pesan demi pesan kembali terus di kirimkan adi kepada atasannya tersebut,namun tetap saja tak kunjung ada respon,hingga akhirnya di satu pesan yang bertuliskan “Pak maaf sebelumnya,bapak sedang dimana,mohon maaf jika sibuk,tapi saya hanya ingin kepastian perihal janji bapak untuk meminjamkan saya uang tempo hari,saya butuh kepastian,jika tidak ada maka saya tidak akan berharap” (tegas pesan adi).
Pada akhirnya beberapa pesan yang tadinya hanya berceklis hitam dua,sekarang berubah menjadi ceklis biru pertanda pesan telah dibaca,akhirnya kata mengetik pun terlihat pertanda balasan akan diterima.“Maaf pak adi saya sedang berada di luar kota untuk bimtek” (jawab singkat tanpa kepastian),membaca jawaban tersebut sungguh sangat membuat adi kecewa,bagaimana tidak,pesan yang telah banyak dikirim bahkan terus ditunggu jawaban oleh adi justru baru terbalas dalam waktu yang lama,dan hanya balasan singkat tidak ada kepastian yang diterima.Adi pun membalas kembali pesan tersebut sembari menanyakan lagi janji tempo hari yang telah di sepakati,tapi lagi lagi pesan nya pun kembali tidak menemui balasan. Sungguh bersedih teramat kecewa,ibarat petir menyambar di tengah hari,mental adi yang serasa terbangun kembali,dan semangat adi yang mulai bangkit lagi itu akhirnya kembali menemui titik tumbang dengan harapan yang menggantung jauh dari kepastian.
Hari pendaftaran kkn pun datang,subuh itu adi hanya tertunduk lesu tak menemui jalan,rasanya untuk menghadapi hari ini sangat kacau dan terasa berat.Sudah banyak cara yang telah dilakukan adi,dari mulai meminjam,menjual barang barang pribadinya yang tidak seberapa,hingga mengerjakan pekerjaan paruh waktu dengan mencari botol plastik dan mencangkul di kebun,ternyata semuanya tetap tidak cukup,apalagi mengingat janji dan harapan yang justru berujung tidak ada kepastian.Sampai hari itupun adi masih menyimpan harap terhadap atasannya,namun memang tidak ada kabar baik secara langsung atau tidak langsung.
Tibalah waktu menunjukan pukul 08.00 ,adi berangkat tanpa kepastian,lahir dan batin sudah di siapkan adi untuk menerima konsekuensi dari kampus,meski dalam hati adi masih memiliki keyakinan semuanya masih ada kesempatan dan kemungkinan. Setibanya di kampus seluruh mahasiswa semester 6 berbondong untuk mengikuti daftar kkn,dan hari itu pun juga sekaligus akan di infokan perihal teknis dari pengadaan kkn tersebut,di lain sisi adi yang merasa kebingungan ditambah raut pesimis memberanikan diri untuk berbicara kepada pihak kampus terkait permasalahannya itu,namun pihak kampus tidak bisa berbuat apapun dan tidak bisa mengubah aturan,terlebih banyak semester yang sering tertunggak oleh adi.Perasaan adi teramat kalut yang luarbiasa saat itu,langkah demi langkah terasa tertatih dan berat saat melewati gerbang keluar kampus,adi telah berusaha keras untuk meminta tolong pihak kampus agar memberikan kesempatan dan mencarikan jalan solusi,namun tetap saja hasilnya nihil. Pukul 12.00 ,adzan dzuhur telah berkumandang,mengiringi setiap helaan nafas yang berat dari adi,menjadi pengiring langkah adi yang seakan mendorongnya tetap bersemangat,adi pun bergegas masuk ke dalam masjid ,bersujud penuh hikmat,mengadukan semua kepadaNya sang maha penentu takdir.Setelah shalat didirikan,seluruh do’a telah dipanjatkan,pikir dan hati adi seakan merasa tenang,meskipun masih sangat terasa kecewa dan bersedih namun adi tetap berusaha kuat dan menganggap mungkin ini adalah takdir yang terbaik baginya.
Sepulang nya adi dari kampus,adi langsung meminta maaf kepada kedua orang tuanya,karena adi sudah sangat mnegecewakan mereka dan mungkin tidak bisa lulus sebagai sarjana yang menjadi cita cita orang tuanya sejak dulu.Orang tua adipun tidak kuasa menahan tangis mendengar anaknya kesulitan,orang tua adipun terus menasihati adi,memberikan semangat lagi untuk adi agar dia tidak sampai putus asa,dan semangat nya tidak sampai padam. “Di,biarlah semua terjadi,apapun yang hari ini terjadi,besok atau ke depan semuanya telah di atur oleh Allah dengan sebaik baiknya takdir. Tak perlu menyesal dengan kegagalan,jadikan ini sebagai pembelajaran,mungkin ini bukan waktunya kamu berhasil,tapi kami yakin kamu pasti berhasil di masa depan,maafkan kami yang tidak bisa membiayai masa depan mu seperti orang tua di luaran sana ya di” ( kata ibu penuh haru ) . “Bissmillah bu,pak,insyaAllah adi akan berusaha ikhlas dan ridho menerima ketetapan ini,dan adi masih akan selalu bersemangat dan berusaha bangkit” ( jawab adi menguatkan ). “Iya nak,pesan bapak,awas jangan ada kata dendam terhadap orang orang yang telah mengecewakanmu atau berbuat jahat kepada kamu,balas saja dengan do’a yang terbaik ya,bapak yakin kok,kamu akan sukses,meskipun suksesnya tidak cepat tapi pasti di waktu yang tepat,kami sudah sangat bangga kok kepadamu di “ ( pesan bapak sambil menepuk bahu adi ). Selang beberapa menit,adi pun ber istirahat,sambil terus berpikir dan kembali berusaha membangkitkan semangatnya lagi yang sedang padam.Namun nasihat,kepercayaan orang tuanya seakan menjadi cambuk dan lecutan semangat adi untuk semakin keras lagi berjuang,adi tetap meyakini,bahwa pedih yang teramat sakit ini hanya sebuah pelatihan Allah baginya untuk bisa lebih tertempa dan terlatih dalam menghadapi hari esok ,lusa dan masa yang akan datang. Adi tidak merasa benci ataupun dendam kepada mereka yang sudah memberikan rasa kecewa terhadapnya bahkan seakan merusak masa depan,adi hanya kecewa dengan dengan sikap dan perilaku mereka yang seakan tidak merasa berdosa dan bahkan jauh dari kata terpercaya.
Setelah kegagalan adi tidak bisa mengikuti kkn yang sangat penting bagi masa depannya itu,hari esoknya lagi adi tetap mencoba berusaha meminta kesempatan kepada pihak kampus agar bisa mencari solusi.Pihak kampus hanya mengatakan bahwa adi mungkin bisa mundur selangkah dari kawannya,atau artinya adi mungkin harus menunda dulu untuk melanjutkan semester selanjutnya,dengan kata lain adi akan terlambat wisuda. Adi hanya berusaha bertawakal mendengar itu,dan berlalu dengan memberi anggukan kepada pihak kampus. Adi masih cukup sulit menerima hal ini,apalagi perjuangan nya sampai saat ini bukanlah hal yang mudah.Lelah,letih dirasa telah mencapai kata habis habisan untuk berjuang,belum waktu dan hal lain yang telah dikorbankan sampai dengan saat ini,tapi tetap dalam nuraninya adi pasrahkan dan serahkan semuanya kepada Allah.
Waktu demi waktu terus melaju,tidak terasa satu minggu berlalu dari kagagalan adi mengikuti kkn,adi tetap menjalankan kewajibannya mengajar dengan semangat dan penuh senyuman,meskipun sesekali sesak itu masih terasa,malam pun sukar dilalui dengan tenang.Tapi adi memiliki prinsip kuat,apapun yang terjadi,suka duka atau pilu yang teramat sendu,tidak akan dapat memadamkan perjuangannya dalam pengabdian.Adi yakin akan ada skenario Allah yang lebih indah lagi dimasa depan . Setelah satu minggu berlalu itu juga,atasannya baru membalas pesan adi yang sudah sangat lama dia nantikan,dan sekarang justru seakan memuakan bahkan menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat adi terhadapnya.Atasannya akhirnya mengirimi adi pesan,tapi sayangnya,ternyata pesannya hanya berisi tentang perintah tugas yang harus diselesaikan adi,tidak ada kata maaf ,bahkan seperti tidak ingin membahas atau mengungkit tentang janji yang lalu ,seakan tidak terjadi apa apa dan merasa berdosa.Sesekali adipun memancing dengan kembali menanyakan perihal pinjaman itu sekali lagi,meskipun itu hanya sekedar bahasa yang basi namun adi hanya ingin tahu alasannya.Dan jawaban yang diterima adi cukup membuat adi menggelengkan kepala,katanya uang nya tidak ada,karena mendadak waktu itu harus membeli alat sekolah.Adi hanya tersenyum membaca jawaban singkat atasannya tersebut,adi hanya menyayangkan kenapa tidak sejak awal,esoknya atau mungkin setelah beberapa hari menjelaskan semua,tapi tidak demikian.
Sampai hari ini pun peristiwa yang telah dialami adi menjadi hal yang sulit untuk di lupakan,terlebih adi harus mengejar ketinggalan nya dalam perjuangan di pendidikan,belum lagi orang tuanya yang semakin sepuh membuat adi merasa tidak memiliki pilihan untuk tidak bangkit.Adi merasa bahwa ini sesuatu yang harus selalu adi syukuri dan harus dijadikan sebuah modal dalam menghadapi masa depan yang mungkin tantangannya akan semakin hebat,terjal dan penuh dengan kerikil yang menjegal.
Akhirnya adi memutuskan untuk tetap mengajar,tidak berhenti berjuang,bahkan adi pun menambah tempat perjuangan dengan menjadi pengajar lagi di sekolah lainnya,kini adi mengajar di dua sekolah,dan adi pun menambah kegiatan nya dengan ikut mengajar pengajian di sebuah majelis pemuda dekat dengan rumahnya,adipun memutuskan untuk menyibukan dirinya sebagai cara untuk bisa lebih kuat lagi di masa depan.Pagi hari sampai dzuhur adi habiskan mengajar anak anak sekolah,dzuhur hingga ashar adi habiskan waktu di kebun sederhana orangtuanya sembari mencari
botol bekas serta rongsokan yang dapat menambah pemasukan, hingga malam adi habiskan mengajar di majelis pengajian pemuda.
Bagi adi pilu yang menyayat,sendu yang teramat ini adalah hal yang pasti akan memiliki hikmah dan pelajaran,yaitu membuat nya semakin sadar,sabar dan kuat dalam berjuang,bagi adi pula ini menjadi sebuah pengingat bahwa adi harus senantiasa terus bersyukur apapun keadannya,dan bagi adi,semua ini hanyalah ujian dari rencana Allah yang akan memberikannya hadiah di masa depan,yaitu hadiah kebahagiaan yang tidak terputus,kebahagiaan yang mungkin akan membuat adi lupa pernah melalui kepedihan yang menyakitkan.Bagi adi,masa lalu adalah pengajaran,masa kini adalah perbaikan dan renungan,dan masa depan adalah kebahagiaan penuh kesyukuran.